Ketika terbangun, Bunga kemudian menceritakan kepada orangtuanya mengenai cap merah di leher dan tubuhnya serta rasa sakit perut pada perut dan perih ketika mau buang air kecil.
“Reaksi orangtuanya langsung memeriksa korban dan melaporkan kejadian ini ke Unit PPA Polresta Pontianak, pada 8 November,” beber Eka.
Saat ini, menurut Eka, Polresta Pontianak masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pihak KPPAD pun masih menunggu hasil visum. “Untuk pelaku, belum ditangkap,” katanya.
Kondisi Bunga pun disebut Eka, masih belum stabil. Dia menduga, hal itu akibat zat yang terkandung dari makanan yang diberi oleh pelaku. “Jadi korban ini, kalau bahasa kita, suka meracau. Tapi soal kejadian dan siapa saja, dia masih ingat,” tuturnya.
(Baca Juga: Remaja 11 Tahun Jadi Korban Pencabulan, Pelaku Diduga Homoseksual)
Hal yang masih diingat betul oleh Bunga adalah, bahwa dia kenalan dengan DE di FB, dua hari sebelum kejadian. Itu pun dipaksa oleh K. Pengakuan Bunga, DE masih sering melakukan pengintaian terhadapnya dan berusaha menghubungi lewat messenger.
“Setelah kejadian itu korban mengalami traumatik. Dia menceritakan semua kejadian dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan, korban pun masih malu untuk ke sekolah dan keluar rumah. Kami akan terus memberikan pendampingan dengan menghadirkan psikolog untuk memulihkan traumatik korban,” katanya.
Eka meminta, kepolisian cepat mengungkap kasus ini. Selain DE, K juga harus diamankan. Karena, K lah yang memaksa Bunga untuk bertemu dengan DE. Sesuai pengakuan Bunga. Namun, Eka menyerahkan sepenuhnya ke kepolisian.
“Apakah ini bisa dikembangkan mengarah ke K atau tidak. Ini wewenang kepolisian. Tugas kami hanya melindungi dan mendampingi serta pengawasan,” pungkasnya.
(Fiddy Anggriawan )