JAKARTA – Pernyataan Prabowo Subianto mengenai pemindahan Kedubes Australia di Israel ke Jerusalem merupakan kedaulatan dan kewenangan Australia sepenuhnya dinilai hanya melihat prinsip-prinsip hubungan internasional secara normative saja.
Menurut Sekjen PPP yang juga Wakil Ketua TKN Jokowi - Ma'ruf, Arsul Sani, hubungan internasional yang hanya melihat sisi normatif saja adalah bentuk diplomasi yang sudah lama ditinggalkan oleh banyak Negara. "Pak Prabowo tampaknya berpikir dengan model out of date diplomacy,” kata Arsul.
Baca juga: Timses: Pernyataan Prabowo Dukung Kedubes Australia Pindah ke Yerusalem Dipelintir!
Dalam praktek hubungan internasional yang sebenarnya sudah cukup lama yang dipraktekan, menurut Arsul, banyak negara yang tidak berpaku pada aspek normatif saja dengan menyatakan bahwa suatu sikap negara adalah kedaulatan dan kewenangan negara itu sendiri.

Australia sendiri termasuk negara yang tidak hanya membatasi diri pada kerangka normatif saja dalam politik luar negerinya.
Arsul memberi contoh, terkait dengan eksekusi mati dua warga Australia dalam kasus narkotika Bali Nine. Juga ketika terungkap adanya penyadapan terhadap Presiden SBY oleh intelejen Australia. Belum lagi peran aktif Australia mengirimkan pasukan tempurnya dalam koalisi yang dipimpin AS ke beberapa negara yang sedang diperangi.
Baca juga: PKB: Prabowo Sama Saja Dukung Penjajahan Israel ke Palestina
Bahkan dalam isu hukuman mati di RKUHP yang saat ini masih dibahas, Arsul yang juga anggota Panja RKUHP merasakan adanya upaya mempengaruhi dari Australia. Ini semuanya menunjukkan, prinsip normatif dalam hubungan diplomatik antar negara tidak lagi bisa dipegang dengan kaku, terutama ketika sudah menyangkut kepentingan nasional dan internasional suatu negara.
Karena itu menurut Arsul, langkah diplomasi yang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi-JK via Menlu Retno Marsudi yang "memprotes" pemindahan Kedubes Australia di Israel ke Jerusalam tersebut bukan hal yang salah dalam praktek diplomasi dalam hubungan internasional saat ini. Bahkan itulah yang benar dalam konteks kepentingan nasional dan internasional Indonesia. Faktanya mayoritas mutlak rakyat Indonesia mendukung Palestina dan mayoritas negara-negara Islam jg berharap Indonesia selalu berperan aktif dalam diplomasi Palestina.
Baca juga: TGB Sayangkan Ucapan Prabowo soal Kedutaan Australia di Yerusalem
Menutup keterangannya, Arsul berharap Prabowo jangan menyuarakan pandangan yang melukai rakyat Palestina dan juga meninggalkan aspirasi mayoritas rakyat Indonesia terkait soal Jerusalem sebagai satu isu sentral dalam membantu perjuangan rakyat Palestina.
(Fakhri Rezy)