Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kerusuhan Prancis: Perempuan Manula Tewas, Perunding Dapat Ancaman Pembunuhan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Selasa, 04 Desember 2018 |15:00 WIB
Kerusuhan Prancis: Perempuan Manula Tewas, Perunding Dapat Ancaman Pembunuhan
Foto: AFP.
A
A
A

PERTEMUAN kelompok moderat 'Rompi Kuning' dengan Perdana Menteri Prancis dibatalkan setelah adanya 'ancaman mati' dari para pegiat radikal, sementara seorang perempuan tewas terkena tabung gas air mata yang terlontar ke apartemennya.

Pertemuan kalangan moderat 'gilet jaunes' atau rompi kuning dengan PM Edouard Philippe dijadwalkan berlangsung Selasa, 4 Desember ini.

Namun sejumlah anggota tim perunding ini mengatakan mereka mendapat ancaman pembunuhan dari kalangan pengunjuk rasa garis keras, menuntut mereka untuk tidak melakukan perundingan dengan pemerintah.

BACA JUGA: Protes Kenaikan Harga BBM di Paris, Ratusan Pedemo Akan Diadili

Sabtu lalu, seorang perempuan berusia 80 tahun meninggal akibat hantaman tabung gas air mata yang terlontar ke jendela apartemennya di kota Marseille, tidak jauh dari lokasi bentrokan antara aparat kepolisian dan para pengunjuk rasa.

Sementara, kalangan pengemudi ambulans swasta di Prancis turut bergabung dalam protes menentang pemerintah sejak Senin lalu. Mereka antara lain memblokir salah satu jalan bundaran di Paris di dekat gedung parlemen.

Bentrokan antara ribuan pengunjuk rasa dan pasukan kepolisian di Paris, Prancis, dan bergulir di beberapa kota besar lainnya, diawali demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak, khususnya diesel. Presiden Emmanuel Macron mendasarkan kebijakannya pada niat untuk membatasi penggunaan diesel demi lingkungan yang lebih bersih.

Namun kekisruhan itu dinilai juga dipicu isu lain seperti pajak dan biaya hidup masyarakat yang terus meningkat.

Tewasnya perempuan manula di Marseille menambah jumlah korban setelah sebelumnya tiga orang meninggal sejak unjukrasa itu digelar dua pekan lalu, kata kepolisian Prancis.

Kementrian dalam negeri Prancis mengatakan sekitar 136.000 orang yang melibatkan diri dalam unjuk rasa pada Minggu lalu, yang menyebut sebagai Gerakan Rompi Kuning.

Disebut sebagai gerakan 'gilets jaunes' atau rompi kuning karena mereka mengenakan rompi kuning cerah, yang merupakan bagian dari kelengkapan wajib setiap mobil dalam peraturan Prancis .

Wali Kota Paris, Anne Hidalgo, mengatakan kepada media Prancis bahwa kerusuhan di Paris, Sabtu lalu, diperkirakankan telah menimbulkan kerusakan dengan nilai antara 3-4 juta euro (sekira Rp50-65 miliar).

Pada Senin, juru bicara gerakan "rompi kuning", Christophe Chalençon, menyerukan agar para pejabat pemerintah mengundurkan diri, untuk digantikan oleh "seorang komandan sejati, seperti Jenderal de Villiers".

Jenderal Pierre de Villiers adalah mantan kepala Angkatan Bersenjata Prancis yang mengundurkan diri setelah menolak keputusan Presiden Emmanuel Macron yang melakukan pemotongan anggaran.

Bagaimana tanggapan pemerintah Prancis?

Presiden Prancis Emmanuel Macron menggelar rapat darurat kabinet untuk membahas masalah keamanan, sementara Perdana Menteri Edouard Philippe menemui para pemimpin oposisi pada hari Senin.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement