Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

TGB Buka Rahasia Cara Menjaga Pluralisme di Tengah Maraknya Hoaks

Adi Rianghepat , Jurnalis-Selasa, 11 Desember 2018 |18:14 WIB
TGB Buka Rahasia Cara Menjaga Pluralisme di Tengah Maraknya Hoaks
TGB di Forum Konferensi Anak Muda, Kupang (foto: Adi Rianghepat/Okezone)
A
A
A

KUPANG - Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) gamblang membuka rahasia cara menjaga pluralisme yang sedang terancam karena penyebaran berita bohong (hoaks) melalui media.

Bahkan bekas gubernur dua periode di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyampaikan tiga langkah menangkal berita bohong yang beredar demi tetap menjaga nusantara sebagai rumah bersama. Tiga langkah itu menurut dia, adalah pertama, membangun aliansi kebaikan dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya dan agama.

"Jika anak muda harus terjun ke panggung politik, maka harus terus belajar dan terlibat dalam pembelajaran etika politik agar jadi politisi yang beretika," kata TGB dalam Forum Konferensi Anaka Muda Indonesia bertemakan "Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian Tidak Keren! Anak Muda Bersama Melawan Kabar Bohong dan Ujaran Kebencian untuk Indonesia Damai" di Kupang, Selasa (11/12/2018).

(Baca Juga: Cara Relawan Jokowi-Ma'ruf Tangkal Hoaks di Tahun Politik) 

Ilustrasi Hoax (foto: Shutterstock)Ilustrasi Hoax (foto: Shutterstock)

Menurut TGB, anak muda adalah aset terpenting masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu anak muda disilahkan untuk memilih konsep perjuangannya membangun diri, masyarakat dan bangsanya. "Silahkan anak muda berpolitik dan jadilah politis yang beretika karena selalu mengikuti proses pendidikan politik yang baik," katanya.

Selanjutnya dia mengatakan, anak muda harus memiliki kemampuan untuk bisa melakukan verifikasi setiap informasi yang diperoleh. Kepentingan melakukan verifikasi itu untuk memastikan setiap informasi yang diperoleh adalah informasi yang benar.

Hasil verifikasi yang diperoleh, kata TGB, juga harus dipertimbangkan asas manfaatnya sebelum informasi itu disebar. "Jika informasi yang diperoleh itu benar namun apakah layak disebar. Apakah memiliki kepentingan atau kemanfaatan bagi publik jika disebar. Jika malah sebaliknya membuat kerusuhan maka tak perlu disebar," urai dia.

Sejak dahulu nusantara ini sangatlah luas dengan beraneka ragam suku, agama, bahasa dan budaya. Namun, hal itu tidak lantas menjadi pemicu konflik karena ada sesuatu pengikat sebagai aset tak kelihatan yang hidup di dalam sanubari masing-masing anak bangsa, yaitu persaudaraan dan rasa saling menghormati.

"Dulu saya sekolah, guru saya ada yang beragama kristen dan hindu. Teman bermain saya bahkan orang kristen dan orang hindu dan itu tak masalah," kenangnya.

Saat ini nilai itu mulai luntur. Mulai muncul di benak dan sanubari anak bangsa khususnya anak muda Indonesia bahwa kita berbeda. "Kita berbeda karena tidak seagama, karena berbeda pilihan politik dan lainnya," ungkap TGB.

Kondisi ini, ujar dia, harus segera diatasi agar tidak mengganggu eksistensi Indonesia sebagai satu bangsa. "Tentunya anak muda Indonesia dan kita semua tidak menghendaki Indonesia ini berakhir hanya karena isu atau informasi tak benar. Nusantara harus tetap dijaga," tegas dia.

TGB di Forum Konferensi Anak Muda, Kupang (foto: Adi Rianghepat/Okezone)	TGB di Forum Konferensi Anak Muda, Kupang (foto: Adi Rianghepat/Okezone)

"Bangunlah kembali nilai kebersamaan, toleransi melalui pranata budaya dan agama yang ada," sambungnya.

Sementara Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Polda NTT AKBP Jules Abraham Abast menyampaikan di konteks penegakan hukum, jajaran kepolisian sudah membentuk tim khusus untuk menjaga lalu lintas komunikasi informasi melalui media sosial.

(Baca Juga: Jokowi Heran Hoaks Masih Merajalela Meski Sejumlah Kasus Sudah Ditindak)

Patroli siber itu lanjut Jules dilakukan 24 jam tanpa henti. "Kami tak main-main dengan penegakkan hukum jika ditemukan ada yang menyebar berita bohong. Paati langsung kami tindak," kata bekas Kapolres Manggarai Barat itu.

Dia bahkan menyampaikan teranyar data laporan terkait berita bohong alias hoaks di jajaran Polda NTT hingga Desember ini nihil. "Yang ada adalah laporan terkaot pencemaran nama baik, fitnah dan sejenisnya," kata Jules.

Sedangkan aktivis media Dion Bata Putra mengatakan hoaks ini muncul sebagai akibat dari munculnya new media. Menurut dia, new media yang dimanjakan internet telah mengubah audiens menjadi pengguna dan konsumem menjadi produsen.

Semua orang bisa memiliki medianya masing-masing untuk menyasar khalayak yang lebih luas dari sebelumnya. "Tidak hanya menyasar khalayak melalui pesan namun juga aspek distribusi, produksi dan pengguna media itu sendiri," kata Pemimpin Redaksi Harian Umum Pos Kupang itu.

Konferensi Anak Muda Indonesia yang dihadiri utusan dari Provinsi Aceh, Yogyakarta, NTB dan sejumlah daerah lainnya itu juga menggelar seminar lainnya dengan menghadirkan pakar antropologi budaya Pater Dr Gregorius Neonbasu SVD dan Sarniel Woleka dari Kompak.

(Fiddy Anggriawan )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement