Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Karya-Karya Seni yang Mengapung di Luar Angkasa

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 29 Desember 2018 |14:31 WIB
Karya-Karya Seni yang Mengapung di Luar Angkasa
(Foto AMKK/BBC)
A
A
A

Konsep migrasi dan nasionalisme hancur ketika kita membayangkan masa depan di mana kita hanya akan berkata, "Saya dari Bumi," kata Nahum. Di luar sains atau bahkan fiksi ilmiah, seni dapat memancing cara-cara baru untuk memandang ke luar ke langit dan juga ke dalam kesadaran kolektif kita.

Sejarah 50 tahun seni luar angkasa

Nahum, yang berasal dari Mexico City tetapi sekarang bekerja di Berlin, telah mengeksplorasi luar angkasa sebagai subjek dan tujuan dalam seni selama hampir satu dekade.

"Sebagai seniman, kita memiliki tanggung jawab untuk berinteraksi dengan apa pun subjek kita," katanya. Untuk pameran tahun 2015 di Mexico City, The Matters of Gravity, Nahum bersama dengan sekelompok kecil seniman melakukan perjalanan ke Rusia untuk merasakan pengalaman yang mirip dengan gravitasi nol, yaitu lewat penerbangan parabola.

Dirancang sebagai bagian dari pelatihan astronot dan untuk penelitian ilmiah, penerbangan parabola menciptakan pengalaman 30-detik berada di gravitasi nol, melalui serangkaian manuver khusus di atas pesawat yang dirancang khusus. Nahum dan seniman lainnya adalah yang pertama melakukan percobaan artistik di lingkungan tanpa gravitasi. Hasilnya ditampilkan di Palacio de Bellas Artes dalam bentuk audio, video, dan patung.

Pada tahun 2017 Azuma membuat luar angkasa terasa lebih dekat dengan menciptakan kembali standar sejarah seni still life (atau subyek lukisan yang tidak bergerak) dengan gambar buket bunga yang melayang di tepi luar atmosfer.

Karya-karyanya tentu tidak kekal, seolah-olah melambangkan sifat rapuh dan sementara dari segala sesuatu yang hidup dan organik di alam semesta yang besar, bahkan planet yang kita sebut rumah. Jadi sekali lagi, eksplorasi seniman di ruang angkasa selalu 'kembali' ke kehidupan kita di Bumi.

Pendekatan Azuma untuk mencapai ruang angkasa jelas lebih DIY. Alih-alih membawa karangan bunga ke ruang angkasa di atas roket, dia membawanya dengan balon raksasa, yang mencapai ketinggian 100.000 kaki di atas gurun Nevada.

Pada suhu -60C, bunga-bunga mulai gugur di atmosfer luar sebelum jatuh ke Bumi seperti potongan kertas berwarna-warni. Dokumentasi foto adalah satu-satunya bukti dari perjalanan itu, memperlihatkan area abu-abu di mana Bumi berakhir dan ruang angkasa dimulai. Proyek yang disebut EXOBIOTANICA ini menawarkan eksplorasi luar angkasa yang puitis, seolah mengatakan, kita harus menyelam ke hal yang tidak diketahui hanya jika kita membawa sesuatu yang indah bersama kita.

Namun sejarah seni di ruang angkasa sudah dimulai lebih jauh dari ini. Dua misi ruang angkasa paling terkenal, Voyager 1 dan 2 (pesawat ruang angkasa identik yang dirancang untuk mencapai tepi luar galaksi kita) membawa serta dua rekaman emas penuh seni. Setelah peluncurannya tahun 1977, dua pesawat itu terus melanjutkan perjalanan ke tempat yang tidak diketahui. Setiap detik mereka menjadi benda buatan manusia yang terjauh dari Bumi.

Pada bulan Desember 2018, Voyager 2 meninggalkan Tata Surya kita, hampir 18 miliar km (11 miliar mil) dari Bumi, mengikuti Voyager 1, yang meninggalkan Tata Surya kita pada tahun 2012. Benar-benar satu-satunya, proyek Voyager melambangkan perjuangan amat keras manusia untuk menjangkau keluar dengan pesan keindahan dan kreativitas manusia. Setiap cakram emas berisi pesan ke mahkluk ekstra-terestrial yang mungkin menemukan pesawat ruang angkasa itu. Apa isi rekaman itu? Gambar, musik, dan salam dalam banyak bahasa dari seluruh dunia.

Carl Sagan, yang ditugaskan untuk mengkurasi rekaman emas untuk mewakili semua peradaban manusia, menyebut piringan itu "karya terbesar Bumi; sebuah hadiah yang melintasi samudra kosmik dari satu pulau peradaban ke pulau lain". Dalam empat dekade berikutnya, tidak ada usaha seni yang lebih besar dari itu di ruang angkasa. Penjelajahan kita terhadap kosmos, apakah artistik atau brutal, pada akhirnya adalah eksplorasi jiwa dan keterkaitan manusia pada alam semesta.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement