Seorang jurnalis, Rio Tuasikal, nyaris jadi korban kekerasan massa saat mendokumentasikan seseorang yang berkata kasar. Dia sempat ditarik oleh lima orang pengunjuk rasa dan dipaksa menghapus gambar. Namun Rio berhasil meloloskan diri masuk ke barikade polisi dan mendapat pengamanan.
"Massa sedang marah. Jadi ketika lagi ambil video dan mengarahkan ke mereka, mereka marah. Percuma juga berdebat tentang Undang-undang Pers. Kepikiran pertama harus menyelamatkan diri dengan menembus barikade polisi," kata Rio.
Sementara Ketua JAI Bandung Tengah, Mansyur Ahmad mengatakan, pihaknya memang tidak melakukan perlawanan. Dia hanya menyatakan, acara sempat berlangsung, namun diperpendek.
"Dipadatkan agar acara bisa selesai pukul 10.30 WIB, sesuai yang dituntut perwakilan massa," tegas Mansyur.
"Saya minta kalau bisa selesai pukul 11.00, tapi mereka bilang tak bisa, harus bubar pukul 10.30," sambungnya.
(Baca Juga: MK Tolak Gugatan Penganut Ahmadiyah)
Acara itu, menurut Mansyur, juga dihadiri sejumlah orang yang bukan anggota JAI. Menurutnya, sekitar 100 orang menghadiri peluncuran buku tersebut.
Mansyur membantah anggapan bahwa buku Haqiqatul Wahy itu merupakan kitab suci kedua Jemaat Ahmadiyah setelah Tadzkiroh seperti yang dituduhkan massa aksi.
"Itu fitnah. Ini hanya salah satu buku yang penting tentang wahyu," bantah Mansyur.
Ketua JAI Bandung Tengah, Mansyur Ahmad Membantah Tuduhan Buku Haqiqatul Wahy merupakan Kitab Suci Ahmadiyah (foto: Julia Alazka untuk BBC News Indonesia)