Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jokowi Rela Tidak Disukai Asal Hidup Rakyat Bisa Diperbaiki

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Kamis, 10 Januari 2019 |15:34 WIB
Jokowi Rela Tidak Disukai Asal Hidup Rakyat Bisa Diperbaiki
Presiden Jokowi
A
A
A

KEADILAN sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bunyi sila kelima dalam Pancasila itu benar-benar ingin diwujudkan Joko Widodo (Jokowi) ketika terpilih menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014 lalu dalam menjalankan roda pemerintahan.

"Adil bagi rakyat menurut saya adalah bukan sekedar membagikan hadiah atau stimulus rata pada rakyat sehingga yang senang semakin senang dan yang miskin bisa tertawa. Tidak," ujar Jokowi seperti dikutip Okezone dari buku bertajuk "Jokowi Menuju Cahaya", Kamis (10/1/2019).

Dalam buku karya Alberhiene Endah tersebut dituliskan, adil menurut Jokowi adalah peka melihat persoalan di setiap wilayah, bahkan yang terpencil sekalipun dan berusaha mengantarkan mereka pada keadaan kondusif untuk meraih kehidupan lebih baik.

Lantas, langkah apa yang diambil Jokowi agar keadilan di negeri ini dapat terwujud?

Pembangunan yang merata adalah salah satu cara yang diambil Jokowi agar seluruh masyarakat Indonesia bisa mudah mendapat akses dalam menjalankan roda perekonomian mereka.

(Baca Juga: Jokowi: Indonesia Bisa Jadi Lumbung Dunia)

Contoh, ketika petani di pedalaman susah menjual hasil buminya lantaran jalan di tempat tinggalnya masih buruk. Pupuk dan bibit yang mereka beli untuk melanjutkan pertanian pun didapat dengan harga mahal lantaran mahalnya biaya logistik.

"Saya juga melihat Indonesia yang masih gemar memelihara birokrasi yang ruwet," kata Jokowi.

Karena itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun terus melakukan perbaikan dengan memangkas segala perizinan yang menurutnya tidak perlu sehingga perekonomian bisa berjalan dengan cepat.

Dan yang harus direnungkan saat ini, sambungnya, apakah potensi yang melimpah di negeri ini tidak bisa menyelesaikan masalah?

"Yang kita perlukan adalah strategi yang tepat dibarengi niat positif dan kedisiplinan yang teguh. Saya tidak pernah percaya bahwa ada masalah yang tidak mungkin ketemu solusinya," uajrnya.

Reformasi di banyak hal pun dilakukan. Mulai dari memandang pembangunan, budaya kerja, sampai reformasi daalam cara memimpin atau memerintah.

Dalam mencipakatan pembaruan tersebut, Jokowi sadar kesulitan terberat yang akan menghadangnya adalah mengawali prosesnya. Misalnya, soal infrastruktur.

(Baca Juga: Saat Hidup Miskin, Dalam Hati Jokowi Bilang "Siapa Sudi Dengar Orang Susah Bicara?")

Dalam gambarannya, dengan adanya infrastruktur yang memadai, masyarakat bisa menembus batas jarak untuk menghidupkan ekonomi.

Itu mimpinya. Tapi realisasinya, dirinya paham bahwa pembangunan jalan modern memakan waktu lama dan menyedot dana besar. Sepanjang proses pasti melahirkan banyak protes.

"Risikonya saya bisa tidak disukai atau tidak disetujui. Mana yang saya pilih? Memimpin untuk disukai atau memimpin untuk memperbaiki hidup rakyat? Saya pilih yang kedua," tegasnya.

Agar bisa mewujudkan segala impiannya yang dibangun sejak masih jadi rakyat kecil itu, ia sadar membutuhkan "pasukan" yang kuat.

"Saya membutuhkan anak buah yang tangguh untuk menciptakan perubahan," tandasnya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement