Menurut Ustad Endro, kejadian seperti ini sering terjadi. Belajar dari bentrokan sebelumnya, pihak rutan seharusnya bisa membaca situasi guna mengantisipasi bentrokan terulang.
"Kami menyayangkan kejadian ini berulang di Rutan Solo. Rutan mestinya sudah bisa membaca situasi, mengantisipasi atas insiden ini. Karutan (kepala rutan) harus berbenah, jangan sampai suasana rutan tidak nyaman," terang Endro, Kamis (10/1/2019).
Apalagi, kericuhan awalnya dipicu ada beberapa orang yang menjenguk rekannya di Rutan Solo. Saat di dalam rutan itulah, mereka cekcok dan saling ejek dengan narapidana lainnya.
Nama Iwan Walet kembali terlibat. Hal itu berbuntut berdatangannya ratusan orang yang memaksa masuk ke dalam rutan dengan meneriakan nama Iwan Walet.
Kejadian ini mengingatkan kembali bentrokan yang terjadi pada 5 Mei 2012 silam. Saat itu, polisi menangkap enam orang pascabentrokan warga dengan ormas yang terjadi selama dua hari di Solo.
Enam orang yang ditangkap diduga sebagai provokator pemicu bentrokan. Dua di antaranya yaitu Iwan Walet dan Agus Cobok dianggap sebagai dalang. Kala itu, kota Solo masih dipimpin Joko Widodo (Jokowi).