Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pemilu 2019, Angka Golput Dikhawatirkan Naik

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 17 Januari 2019 |08:43 WIB
Pemilu 2019, Angka Golput Dikhawatirkan Naik
Pemilu (Okezone)
A
A
A

Sisa tiga bulan masa kampanye, apa yang harus dilakukan kedua paslon?

Hingga 13 April mendatang, kedua paslon masih bisa berkampanye untuk meyakinkan pemilih.

Selama tiga bulan ke depan, pengamat politik Puskapol UI, Hurriyah, berpendapat sebaiknya Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga beserata timses masing-masing segera mengubah strategi kampanye.

"Kedua kubu sudah harus bergeser dari perdebatan-perdebatan yang sifatnya tidak substansial, sudah waktunya mereka lebih banyak bicara soal program, tawaran riil yang akan mereka sampaikan, turunan dari visi-misi mereka itu, sebenarnya apa yang ingin diberikan?" ujar Hurriyah.

Sementara Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai bahwa berdasarkan hasil surveinya, saat ini masing-masing 80% pemilih kedua paslon merupakan strong voters alias pemilih yang sudah mantap memilih paslon terkait. Angka tersebut sulit digoyang meski digelar debat pilpres.

"Karena fanatisme tinggi dan tingkat kemantapannya sudah tinggi dari masing-masing calon, mungkin tidak akan mengubah banyak pilihan sampai 17 April (hari pencoblosan), dan yang akan dirugikan adalah penantang yang masing tertinggal," tutur Yunarto.

Meski demikian, bukan tidak mungkin debat pilpres dapat mengubah kondisi saat ini, asalkan ada perbedaan signifikan dalam hal performa saat debat bagi kedua paslon.

"Kalau masing-masing kandidat bisa menunjukkan performa yang tidak terlalu jauh berbeda dengan lawannya, biasanya debat tidak berpengaruh jauh. Tetapi ketika terlihat sekali penguasaan data, bagaimana cara berkomunikasi, as a show, lagi-lagi, ini mungkin saja bisa berpengaruh," ujar lulusan Universitas Katolik Parahyangan tersebut.

Bagi Yunarto, yang bisa dilakukan kedua paslon saat ini adalah menggunakan para calon anggota legislatif yang memiliki daya penetrasi tinggi di masing-masing daerah untuk berkampanye.

Khusus Jokowi-Ma'ruf, menurutnya TKN hanya perlu menjaga ritme saat ini dan marjin elektabilitas yang terpaut 19%. Sementara bagi Prabowo-Sandiaga, mereka perlu menciptakan momentum-momentum baru yang mengundang simpati pemilih.

"Harus pada skala cukup ekstrem, skala cukup besar, itu harus diciptakan oleh penantang apabila ingin mengubah hasil pemilihan dalam selisih waktu tiga bulan," imbuh Yunarto.

Charta Politika melakukan survei preferensi politik masyarakat di 34 provinsi pada periode 22 Desember 2018 hingga 2 Januari 2019, dengan mewawancarai 2.000 responden menggunakan kuisioner yang terstruktur.

Adapun margin of error survei tersebut kurang lebih 2,19% pada tingkat kepercayaan 95%.

(Fakhri Rezy)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement