Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Penutupan Taman Nasional Komodo, Hanya Wacana atau Berbasis Riset?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Selasa, 22 Januari 2019 |07:31 WIB
Penutupan Taman Nasional Komodo, Hanya Wacana atau Berbasis Riset?
Komodo (Shutterstock)
A
A
A

Menurut Haris, yang seharusnya dicegah adalah pembangunan hotel atau resor di taman nasional tersebut.

"Turis hanya melihat, tidak mengambil atau membunuh komodo. Kalau penginapan kan menghasilkan limbah, sedangkan selama ini turis datang sesuai rute dan dikawal ranger," tuturnya.

Sementara pengelola jasa perjalanan lainnya, Yudhi, menyebut Labuan Bajo, pintu masuk ke Taman Nasional Komodo, adalah destinasi wisata yang paling laku. Ia khawatir penutupan itu bakal berdampak pada bisnisnya.

"Pemilik travel jelas menolak, terutama sektor produktif yang bakalan mati, seperti hotel, persewaan kapal, transportasi darat, dan oleh-oleh," tuturnya.

Taman Nasional Komodo dibentuk tahun 1980. Sebelas tahun setelah itu, mereka dinyatakan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Taman nasional di Kabupaten Manggarai Barat ini terdiri dari gugus kepulauan dan tiga pulau utama: Komodo, Rinca, dan Padar.

Selain komodo, tempat juga menjadi habitat bagi sekitar 277 spesies satwa.

Agustus lalu, salah satu pulau di gugusan, Gili Lawa, terbakar hebat. Api melalap hampir semua wilayah seluas 10 hektar tersebut.

Pada waktu yang bersamaan, muncul polemik privatisasi lahan di Taman Nasional Komodo, untuk kepentingan bisnis pariwisata. Sejumlah unjuk rasa digelar untuk menentang pengembangan bisnis itu.

Namun isu itu dibantah KLHK. Mereka menyebut hanya menerbitkan izin usaha pemanfaatan sarana wisata alam di zona pemanfaatan, sesuai regulasi.

Dua perusahaan yang telah mengantongi izin dari KLHK untuk mendirikan fasilitas pariwisata di taman nasional itu adalah PT Segara Komodo Lestari dan PT Komodo Wildlife Ecotourism.

(Fakhri Rezy)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement