JAKARTA - Keinginan Gubernur Nusa Tenggara Timur, NTT, Viktor Laiskodat, menutup sementara Taman Nasional Komodo memicu polemik.
Rencana tersebut dianggap akan berdampak pada pendapatan daerah, namun diklaim demi menggenjot populasi komodo.
Otoritas taman nasional yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut saat ini tidak ada darurat populasi maupun ancaman lingkungan.
Baca juga: Gandeng UMKM dan Komunitas, Malang Strudel Carnival Targetkan 10 Ribu Pengunjung
Beberapa penyedia jasa pariwisata khawatir bisnis mereka akan ambruk jika Taman Nasional Komodo benar-benar ditutup dalam jangka waktu panjang.
Di sisi lain pemerintah lokal ingin wilayah yang berstatus situs warisan dunia versi UNESCO itu dapat didesain ulang. Mereka juga berharap meraih porsi pendapatan wisata yang lebih banyak.
Kepala Taman Nasional Komodo, Budhy Kurniawan, mengklaim manajemen pengelolaan yang digelar timnya berjalan tepat sasaran dengan populasi komodo disebutnya masih dalam taraf aman.
Menurut Budhy, penutupan sementara yang diutarakan Viktor hanyalah wacana dan tidak serta merta bisa dilaksanakan.
Baca juga: KMP Ihan Batak Beroperasi, Kunjungan Wisata ke Danau Toba Diprediksi Meningkat
"Kami selalu ada dasar kajian atau scientifically based. Semua relatif masih baik. Ancaman pasti selalu ada tapi penataan dan perbaikan harus terus kami lakukan," kata Budhy, Senin (21/01).

Berdasarkan data resmi KLHK, populasi komodo relatif stabil, meski sempat turun. Tahun 2017 jumlah binatang purba itu 2.762 ekor, sementara pada 2016 berjumlah 3.012 ekor.