Hewan endemik ini hanya dapat ditemukan di taman nasional tersebut. Populasinya tersebar di lima pulau sekitar taman nasional, yakni Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang, dan Kode.
"Mungkin penutupan itu baru sebatas pernyataan. Pengelolaan masih berjalan seperti biasa," kata Budhy.
Peluang keuntungan
Pemprov NTT menyadari mereka tak punya otoritas untuk menutup taman nasional. Kepala Humas Setda NTT, Semuel Pakeren, menyebut wacana itu masih dikoordinasikan dengan KLHK.
Baca juga: Jelang KasmaRUN 2018, Hunian Hotel di Bintan Melonjak Drastis
Namun usulan mereka tak cuma soal peningkatan populasi komodo namun juga agar fasilitas pariwisata dikembangkan di taman nasional itu.
"Namanya juga taman, isinya bukan hanya komodo, jadi butuh pendukung supaya tumbuh lebih pesat lagi."
"Itu akan menyumbang lebih banyak pendapatan ke daerah, kalau sekarang kan lebih ke pusat. Karena berada di NTT, diharapkan NTT memperoleh pendapatan dari taman nasional ini," kata Semuel.
Gubernur Viktor Laiskodat berulang kali menyatakan akan menggelontorkan Rp100 miliar untuk pembangunan ulang taman nasional tersebut. Menurutnya, habitat komodo itu selama ini terbengkalai karena dikelola KLHK.
"Kami akan ambil alih (pengelolaan). Kami juga akan tutup untuk sementara waktu. Kalau ribut-ribut paling nanti presiden yang akan turun dan saat itu kami akan jelaskan alasannya," ujarnya di Kupang, Rabu pekan lalu.
Baca juga: Kekayaan Seni Budaya Toraja Menutup Lovely Desember 2018