Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Siapa Aktor di Balik Tabloid Indonesia Barokah? Kubu Prabowo dan Jokowi Ngaku Sama-Sama Dirugikan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 28 Januari 2019 |08:13 WIB
Siapa Aktor di Balik Tabloid Indonesia Barokah? Kubu Prabowo dan Jokowi Ngaku Sama-Sama Dirugikan
Tabloid Indonesia Barokah. (Kuntadi)
A
A
A

Apa tanggapan Presiden Jokowi?

Presiden Joko Widodo mengaku belum mengetahui isi Tabloid Indonesia Barokah, yang dianggap menyudutkan kubu pasangan capres dan cawapres Prabowo-Sandiaga.

"Belum (baca). Saya baru mau cari," kata Jokowi kepada wartawan usai menghadiri Harlah ke-73 Muslimat NU di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019).

Kemudian Jokowi balik bertanya kepada wartawan. "Kamu sudah baca belum? Kalau nanti sudah dapat, saya baru baca, baru saya nanti berkomentar."

Mengapa Bawaslu melakukan penyitaan Indonesia Barokah?

Bagaimanapun, Badan Pengawas Pemilu mengaku telah melakukan upaya penyitaan terhadap tabloid itu utamanya sebelum disebarkan ke masjid-masjid.

"Sebelum ini berkembang, kita melakukan pencegahan. Kita punya pengalaman kasus tabloid Obor Rakyat tahun 2014," kata komisioner Bawaslu, Fritz Edward Siregar kepada BBC News Indonesia, Minggu (27/1/2019).

Komisioner Bawaslu RI Fritz Edward Siregar (Muhamad Rizky/Okezone)

Penyitaan terhadap tabloid Indonesia Barokah, menurutnya, untuk menjaga agar suhu politik menjelang pilpres tidak memanas.

"Kita tidak mau tabloid yang tidak jelas ini beredar di masyarakat, apalagi ada tudingan ini pihak sana, ini pihak sini. Nah, apakah seperti itu yang kita inginkan? Kan tidak," kata Fritz.

Potensi melahirkan konflik

Langkah Bawaslu melakukan penyitaan tabloid tersebut diapresiasi oleh Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini.

"Ini bahayanya, membuat kita menerka-nerka atau penuh kecurigaan 'wah ini jangan-jangan kerjaannya 01', dan yang 01 merasa 'wah ini jangan-jangan playing victim nih'," kata Titi kepada BBC News Indonesia, Minggu (27/01).

Apabila dibiarkan, menurutnya, dikhawatirkan berpotensi melahirkan konflik antar pendukung calon presiden di tingkat bawah.

"Lalu kemudian menyebabkan benturan massa antar pendukung, karena ada kesalahan dalam memaknai pemberitaan dari tabloid Indonesia Barokah, karena dikaitkan dengan proses kontestasi," katanya.

Titi juga mempertanyakan cara-cara pembuatan dan penyebaran tabloid itu yang disebutnya "tidak bertanggungjawab" karena tidak diketahui siapa pengelolanya.

“Maka patut sangat diduga bahwa apa yang dilakukan tabloid Indonesia Barokah, meskipun isinya bukan sesuatu yang baru, tetapi dikerjakan dengan cara-cara yang tidak bertanggungjawab," katanya.

Tindakan itu semakin berbahaya, sambungnya, karena kemudian disebarkan "ke masjid dan ke tingkat akar rumpur" sehingga ada kecurigaan dan prasangka di antara pendukung capres.

"Ini yang ingin kita hindari benturan massa, konflik dan kekerasan, karena emosi dan juga perbedaan apsirasi politik antara tataran elit dan akar rumpur itu bisa dimaknai secara berbeda," jelasnya.

Karena itulah, pihaknya mengapresiasi langkah Bawaslu untuk menyita tabloid tersebut sebelum menyebar atau didistribusikan ke masyarakat.

(Baca Juga : Polemik 'Indonesia Barokah', TKN: Buletin Kaffah yang Menjurus Makar Kok Didiamkan?)

"Apa yang dilakukan Bawaslu bekerja sama dengan Kantor Pos untuk mencegah dan melokalisir distribusi tabloid itu sudah tepat," kata Titi.

"Kalau bisa dilokalisir distribusinya, tidak perlu sampai berakhir pembakaran ya kan," tambahnya.

(Baca Juga : TKN: Tabloid Indonesia Barokah Isinya Sama dengan di Media Massa)

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement