Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pelaku Pengeboman Gereja di Filipina Diyakini "Tiru" Aksi di Surabaya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Selasa, 05 Februari 2019 |10:01 WIB
Pelaku Pengeboman Gereja di Filipina Diyakini
Para pelayat mengiringi mobil jenazah korban bom gereja Katolik di Jolo, Sulu. (Nickee Butlangan/AFP/Getty Images)
A
A
A

PENGAMAT terorisme meyakini pelaku serangan bom bunuh diri di satu gereja Katolik di Jolo, Filipina Selatan, meniru aksi serupa di Surabaya, Jawa Timur.

"Pasangan yang melakukan serangan bom bunuh diri ingin mengajarkan kepada orang-orang di Mindanao, bahwa melakukan serangan harus dengan cara paling ekstrem yaitu bom bunuh diri keluarga," ujar Al Chaidar, pengamat terorisme Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, kepada Quin Pasaribu, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Pesan yang ingin disampaikan dari kejadian itu, kata Al Chaidar, adalah "mengajarkan" kepada anggota kelompok Abu Sayyaf tentang cara melakukan aksi teror yang paling radikal dan menjadikannya sebagai strategi utama.

Sebab selama ini kelompok Abu Sayyaf dianggap setengah hati dalam "berjuang" lantaran menerapkan metode lama; hit and run (serang dan lari).

Tahun lalu, Surabaya diguncang bom bunuh diri yang dilakukan pasangan suami dan istri Dita Oepriarto-Puji Kuswati yang juga mengajak anak-anaknya meledakkan diri di tiga gereja.

"Sementara di Filipina belum pernah ada aksi seekstrem ini. Jadi, ketika mereka mendengar kejadian bom keluarga di Surabaya, orang-orang Mindanao belum berpikir bahwa mereka bisa melakukan itu," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Filipina, Eduardo Ano, mengatakan dua pelaku bom bunuh diri itu diduga berasal dari Indonesia yang dibimbing Abu Sayyaf. Kelompok ini telah disahihkan ISIS sebagai perwakilan komando mereka di wilayah Asia Tenggara pada 2014.

Kepala Kepolisian Provinsi Sulu, Pablo Labra, mengatakan beberapa saksi mata menunjuk pria dan perempuan yang mereka percaya berada di balik pengeboman itu.

Tentara Filipina memeriksa lokasi ledakan di gereja Katolik pasca terjadinya dua ledakan besar. (Nickee Butlangan/AFP/Getty Images)

Mengutip para saksi mata, Labra menyebut saat terjadi pengeboman, pelaku perempuan duduk di dalam gereja, sementara satu pelaku laki-laki lainnya suaminya keluar.

Perempuan -yang digambarkan memakai jaket berwarna keabuan- membawa ransel.

Hingga Jumat (1/2) lalu, Labra mengatakan dua pasang kaki yang penuh luka, tak ada yang mengklaim dan ini menunjukkan kemungkinan milik pengebom bunuh diri.

Menurut Al Chaidar, jumlah anggota Abu Sayyaf dari Indonesia semakin banyak dan mayoritas berasal dari Jawa Timur. Dalam hitungannya empat tahun lalu, ada 200-an kombatan dari Indonesia yang bergabung.

"Tapi, dulu itu hitungannya tanpa membawa keluarga. Sekarang harus dihitung juga istri mereka, karena pasti diajak juga. Bayangkan kalau mereka meramaikan teror di Filipina dengan cara itu, apalagi ditambah mereka melebarkan serangan ke utara, itu akan lebih rumit lagi," katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement