CARACAS – Lebih dari setengah wilayah di Venezuela yang sedang dilanda konflik mengalami mati lampu
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menuding ada sabotase di bendungan pembangkit tenaga air yang menjadi sumber listrik negara.
Para kritikus berpendapat bahwa korupsi dan kurangnya investasi menyebabkan jaringan listrik negara tidak berfungsi, namun Maduro menuding kejadian tersebut sengaja dibuat oleh musuh-musuh poltik.
Pemadaman listrik kerap terjadi di Venezuela, tempat ambruknya ekonomi di bawah hiperinflasi, dengan kekurangan makanan dan medis kronis serta imigrasi massal lebih dari tiga juta warganegara.
Baca: AS Perkeras Usaha untuk Singkirkan Presiden Venezuela Maduro
Baca: Diiming-Imingi Rp280 Juta, Ratusan Tentara Venezuela Membelot ke Kolombia
Kerumunan warga memadati jalan utama Caracas, ibu kota Venezuela. Banyak orang mengatakan bahwa mereka harus berjalan kaki selama beberapa jam untuk sampai di rumah lantaran sejumlah bus angkutan penuh dan sistem metro kota ditutup.
"Orang yang harus bertanggungjawab atas kejadian ini bernama Nicolas Maduro," kata Pedro Fernandez, teknisi sistem berusia 44 tahun di lingkungan Altamira, Caracas, saat berjalan kaki menuju kota lain mengutip Reuters, Jumat (8/3/2019).
"Dari semua hal yang kita alami, ini hanya secuil dari masalah yang kompleks," lanjut dia.
Media lokal dan pengguna Twitter melaporkan bahwa pemadaman tersebut berdampak pada ibu kota Caracas dan 15 dari 23 negara bagian.
Wartawan televisi pemerintah menggambarkan hal tersebut sebagai "pemadaman nasional." "Mereka menyerang generator dan tranmisi di Guri (bendungan pembangkit listrik tenaga air), induk sistem kelistrikan," kata Menteri Kelistrikan Luis Motta melalui stasiun TV pemerintah, tanpa memberikan bukti.
Dia menuturkan pelayanan listrik akan kembali normal dalam waktu sekitar 3 jam.
(Rachmat Fahzry)