Tepis stigma pelaut perempuan
Yuni Kartika, adalah pelaut perempuan yang bekerja di kapal pengangkut batubara dan bertugas sebagai Mualim III.
Ia bertugas menavigasikan kapal angkutan dari pelabuhan batubara terbesar di Tarahan Lampung untuk dipasok ke Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU) Suralaya, Cilegon.

Sebagai satu-satunya perempuan di kapal tanker tersebut, Yuni Kartika mengaku menghadapi tantangan untuk mematahkan stigma yang banyak disematkan pada pelaut perempuan.
Baca juga: Inspiratif, Penyandang Disabilitas di Purwakarta Ubah Barang Bekas Jadi Robot
"Rata-rata perusahaan menilai perempuan itu lemah, manja, susah diandalkan untuk pekerjaan di kapal yang memang kerja berat dan menuntut orang untuk sigap," ujarnya.
"Saya berusaha menepis gambaran itu dengan bekerja sebaik mungkin. Dan saya juga mencontohkan ke anak buah, kalau perempuan mampu melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Saya lakukan semua pekerjaan tidak hanya menavigasi kapal tapi juga mengecat, menarik tali temali, menghilangkan karat dan lain-lain," tuturnya.
Yuni membenarkan pelaut perempuan saat ini sulit mendapat pekerjaan di tengah pelambatan pertumbuhan industri pelayaran serta adanya stigma ini.
"Rekan saya seangkatan di Akademi Pelayaran Niaga Indonesia (Akpelni) sulit mencari kerja, mereka banyak yang menganggur," tukasnya.
Anggapan rentan pelecehan seksual