SIDOARJO – Berbagai permasalahan tentang infrasruktur khususnya pada bandara tentu menjadi perhatian publik. Terlebih bila kerusakan infrastruktur berdampak pada operasional penerbangan. Salah satu permasalahan infrastruktur yang sering terjadi pada bandara yaitu kerusakan fasilitas yang berada pada sisi udara.
Bandar Udara Internasional Juanda merupakan salah satu bandara yang pernah mengalami permasalahan infrakstruktur pada fasilitas sisi udara. Maka dari itu, Bandar Udara Internasional Juanda mengadakan Focus Group Discussion beberapa waktu lalu. Dalam acara itu hadir perwakilan Subdirektorat Prasarana Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Otoritas Bandar Udara Wilayah III, Perum LPPNPI Cabang Surabaya, Tim Panel Ahli Gugus Tugas PT Angkasa Pura I (Persero) dan Para Ahli Hidrologi, Geoteknik serta Pavement dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November.
“Mudah-mudah dari Focus Group Discussion ini kita mendapatkan masukan dan rekomendasi atas permasalahan infrastruktur air side di Bandar Udara Internasional Juanda. Kami dulu pernah meminta untuk menutup pada malam hari selama 7 jam untuk overlay, pihak maskapai karena beberapa penerbangan ke luar negeri ada pada jam tersebut. Inilah yang dihadapi Surabaya kalau sudah hujan pada Desember Januari, pasti permukaan air tanah menjadi tinggi," ujar Lukman.
Heru menambahkan, saat ini Bandar Udara Internasional Juanda melayani 400 pergerakan per hari dengan jam operasional 24 jam. “Runway selesai dibangun tahun 1964, berarti saat ini umurnya 55 tahun. Runway dibangun di atas tanah lunak yang memang didesain untuk pesawat perang atau tempur TNI AL. Sedangkan pada saat ini, runway dipergunakan hingga jenis pesawat wide body Boeing 747-400 dan Boeing 777- 300ER,” tambahnya.
FGD ini mulai dari pemaparan fasilitas sisi udara Bandar Udara Internasional Juanda. Persoalan yang ada yaitu lendutan di area threshold runway 10, rutting dan depression pada area holding taxiway NP2-NP, kerusakan terus menerus pada lapis permukaan area holding taxiway S1, muka air tanah yang tinggi beresiko terhadap infiltrasi air ke dalam struktur perkerasan dan merusak pada struktur, serta adanya permasalahan tambahan pada saat musim hujan, yaitu muka air tanah sangat tinggi yang sulit dikeluarkan dari area bandara. Adanya deviasi debit sungai yang tinggi pada kali Semampir dan Kali Turen, serta tingginya muka air laut pasang. Kemudian para peserta FGD melaksanakan site visit untuk melihat secara langsung kondisi infrastruktur sisi udara Bandar Udara Internasional Juanda.