Menurut Ichsan, yang bisa menguasai atau menghentikan goyangan lukah gilo adalah si pawang, bukan orang yang memeganginya. Meski sekilas setelah dibaluti pakaian tampak seperti boneka, lukah ini sebenarnya adalah alat perangkap ikan di sungai.
Ia berbentuk menyerupai kerucut panjang, bahan dasarnya dari bambu dan rotan yang sudah dianyam rapi. Sementara kata 'gilo' disematkan seolah bambu itu menggila akibat kerasukan roh halus usai dimantrai.
Terkait keseniah lukah gilo ini, Ketua Kelompok Kesenian Mambat di Nagari Taruang-Taruang, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, Natarsan (52) mengaku sering melakukan atraksi lukah gilo. Setiap acara adat baik pemberian gelar datuak, maupun acara pernikahan pertunjukan ini lazim dijumpai.
"Lukah gilo ini merupakan atraksi budaya untuk hiburan, kalau dulu itu penyebaran agama atraksi ini sering dilakukan,” ujar Natarsan.