Dia melanjutkan, saat memulai atraksi lukah gilo, lukah yang sudah dibentuk itu pada bagian atasnya dipasangi labu kecil, atau batok kelapa (seperti kepala manusia). Kemudian diberi kayu melintang di lukah sebagai tangan, baru kemudian dibaluti pakaian. Untuk mengawali permainan, lukah bisa dipegang dua orang. Namun, jika goyangannya sudah semakin kuat bisa ditambah tiga orang atau lebih.
Natarsam menyebut, khulifa atau pawang adalah kunci dari permainan lukah gilo. Setelah membaca mantra dan syair berbahasa Minang, lukah gilo mulai beraksi dan lama-kelamaan semakin 'menggila'. "Jika dorongannya kuat, itu tandanya lukah sudah marah, karena saat menyanyikan lagu itu menyinggung asal usul lukah tersebut yang hanya terbuat dari rotan,” ujarnya.
Saat ditanya apakah lukah gilo sama seperti permainan jelangkung, Natarsan dengan tegas membantahnya. "Jelangkung itu kan merusak kita, kadang roh itu masuk ke dalam tubuh manusia, begitu juga kuda lumping. Itu jin merasuki tubuh kita, tapi kalau lukah gilo ini, jin itu masuk ke dalam lukah tersebut,” tuturnya.
(Rizka Diputra)