Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pawai Bangunkan Sahur, Antara Tradisi dan Relevansi

Muhamad Rizky , Jurnalis-Sabtu, 11 Mei 2019 |09:32 WIB
Pawai Bangunkan Sahur, Antara Tradisi dan Relevansi
Pawai bangunkan sahur, tradisi Ramadan di Indonesia (Foto: Ist)
A
A
A

Apalagi bagi mereka para mahasiswa yang tinggal di kos-kosan terkadang mereka memilih begadang atau tidak tidur menunggu sahur dan tidur setelahnya. Selain itu mereka yang tidanggal di ibu kota pun tidak terhambat untuk memasak, mereka bisa lebih praktis membeli makanan sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyiapkan makan.

"Kalau kita sih yang tinggal di kosan ini kan ramai jadi bisa dibangunin teman-teman satu kos dan alarm juga selalu standby," ucap Ibel salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Pawai Bangunkan Sahur

Ibel mengaku tidak mengandalkan para pemuda-pemudi di lingkungan kosnya yang membangunkan sahur. Selama Ia tinggal di sana, dirinya mengaku belum pernah mendengar pawai bangunkan sahur. Baginya, sebiji telefon genggam alias handphone sudah lebih dari cukup sebagai asisten pribadi untuk membangunkannya.

"Saya juga tidur enggak susah bangun. Jadi, memang sudah biasa kan bangun pagi, juga salat subuh. Ya, enggak khawatir telat (bangun)," tuturnya.

Infografis Lipsus Ramadan

Meski demikian, Ibel berharap agar tradisi pawai keliling membangunkan orang sahur bisa terus dilakukan. Bahkan jika perlu harus ditingkatkan, supaya menarik minat masyarakat. "Jadi, harus kreatif gelar pawai gitu melibatkan banyak orang dan enggak cuma sekadar teriak bangunin tapi ada nilainya di sana," kata Ibel.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement