Menurutnya, pada proses doktrinasi itu akan bisa mengurai jaringan yang diikuti. Pelaku mendapat penguatan-penguatan yang dilakukannya benar, dan menganggap golongan di luar kelompok mereka terutama aparat keamanan halal dibunuh. Puncaknya, berani mengambil risiko aksi bom bunuh diri.
"Nah interaksi dengan orang inilah yang kemudian membuat dia yakin bahwa yang dilakukan itu benar. Dia berani yang dilakukan itu punya risiko, ini butuh sebuah psikologi empowerment. Secara psikologis dia butuh penguatan-penguatan dari berbagai sisi," cetusnya.
"Bagaimana nasib orangtuanya nanti (setelah bom bunuh diri) itu kan tidak difikirkan. Tapi dia kan sudah madep mantep, dalam kacamata kuda melakukan itu. Ini luar biasa yang mendoktrin itu," tandasnya.
(Awaludin)