Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Haru Kakek Penjual Es di Tangsel saat Rumah Reotnya Dipugar Jadi Layak Huni

Hambali , Jurnalis-Rabu, 19 Juni 2019 |22:36 WIB
Kisah Haru Kakek Penjual Es di Tangsel saat Rumah Reotnya Dipugar Jadi Layak Huni
Kisah Haru Kakek Penjual Es di Tangsel saat Rumah Reotnya Dipugar Jadi Layak Huni (foto: Hambali/Okezone)
A
A
A

TANGERANG SELATAN - Supriyadi, duda berusia 57 tahun ini merasa bak mimpi, mendapati rumah reot yang dulu ditempatinya kini dalam kondisi baru dan layak huni. Supriyadi pun tak kuasa menahan haru, saat bercerita membandingkan keadaan tempat tinggalnya sebelum dipugar.

Kakek Supriyadi tinggal di Kampung Perigi Baru, Jalan Mujahidin 2, Perigi Baru, Pondok aren, Tangerang Selatan (Tangsel). Dia kini tinggal bersama salah satu anaknya di rumah. Sedangkan sang istri, sejak beberapa tahun silam disebutkan memilih perceraian untuk berpisah.

"Saya tinggal sama anak di sini, anak saya semuanya ada tiga, tapi semuanya sudah berkeluarga, tinggal satu ini yang masih bujangan. Jadi di rumah cuma berdua aja sama saya," tutur Supriyadi kepada Okezone, Rabu (19/6/2019).

Kisah Haru Kakek Penjual Es di Tangsel saat Rumah Reotnya Dipugar Jadi Layak Huni (foto: Hambali/Okezone)	 

Guna menutupi kebutuhan hidup, kakek Supriyadi melakoni pekerjaan sebagai penjual minuman es keliling menggunakan gerobak. Namun kerja keras itu tak dilakukan saban hari, lantaran terbentur dengan kecukupan modalnya untuk berjualan.

Jika sedang ada modal dan titik keramaian yang akan disinggahi, maka Supriyadi pergi menjajakan berbagai minuman di sana. Sebaliknya jika sepi dan modal belum ada, maka dia pun memilih tak berjualan seraya mengerjakan hal apapun yang bisa menghasilkan uang.

"Kadang sampai dua hari enggak jualan, nanti kalau ada acara-acara yang ramai baru saya jualan lagi ke sana, tergantung modalnya juga. Karena kan kalau anak saya sendiri yang usaha enggak cukup, saya juga mesti tetap cari nafkah walau dapatnya enggak seberapa," tuturnya.

Kakek Supriyadi pun mulai bercerita tentang kondisi rumahnya sebelum mendapat program bedah rumah. Ketika itu, dia menjelaskan, bagian atap rumah sudah amat rapuh, hampir sebagian besar gentengnya pun rusak. Jika hujan turun, maka air mengucur deras membasahi isi rumah.

"Atapnya, genteng, semua banyak yang jebol. Makanya paling terasa kalau hujan, itu bocoran hujan masuk semua ke dalam. Namanya kita orang enggak punya, boro-boro mikirin perbaiki rumah, buat makan aja sulit, mesti peras keringat setiap hari dorong gerobak minuman," katanya.

Kisah Haru Kakek Penjual Es di Tangsel saat Rumah Reotnya Dipugar Jadi Layak Huni (foto: Hambali/Okezone)

Pengamatan di lokasi, rumah bangunan lama milik Supriyadi terlihat sangat kusam karena merupakan rumah warisan yang dibangun sejak puluhan tahun lalu. Kayu-kayu kerangka di bagian atap banyak yang sudah lapuk tak karuan, sedangkan lantainya masih berbentuk plesteran semen. Secara umum, kondisi rumah itu terbilang tak layak huni karena kerusakan parah di sana-sini.

Berbeda jauh dengan kondisi bangunan rumahnya saat ini yang memiliki ukuran 5 x 6 meter persegi. Meskipun terlihat minimalis, namun tertata lebih modern dan rapih. Setidaknya, untuk membangun rumah baru bagi kakek Supriyadi digelontorkan dana sekira Rp70 juta.

"Saya terharu menerima rumah ini, karena kalau dibandingkan dengan rumah saya sebelumnya, jauh sekali. Sekarang berasa mimpi, kayak enggak percaya. Saya terima kasih betul, masih ada perhatian dari pemerintah buat kita orang enggak mampu. Mudah-mudahan ini jadi ladang ibadah," ucapnya.

Sebenarnya, di Kampung Perigi Baru, hari ini telah diserahterimakan sebanyak 3 unit rumah, letaknya pun tak terlalu berjauhan. Para pemiliknya turut menghadiri penyerahan secara seremonial yang berlangsung di lokasi rumah baru milik kakek Supriyadi.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement