JAKARTA - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 27 Juli 2019 menutup rangkaian Pilpres 2019 yang panjang. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat empat cacatan penting dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.
Direktur Eksekutif LSI, Denny JA mengatakan empat catatan penting tersebut telah dibukukan. Pertama, buku yang merekam opini publik yang diperoleh melalui survei nasional. Sepanjang Juli 2018-April 2019, LSI Denny JA melakukan survei setiap bulan, dan konferensi pers dua kali sebulan.
"Dari serial 10 kali survei nasional dan 20 konferensi pers, kita bisa membaca kembali aneka temuan penting. Antara lain LSI Denny JA menyatakan Reuni 212 ternyata tak banyak berpengaruh. Atau program populis Jokowi seperti Kartu Pintar dan Sertifikat Tanah Gratis membuat Jokowi unggul telak pada pemilih wong cilik. Buku ini diberi judul Mendengar Opini Publik," kata Denny JA dalam keterangannya kepada Okezone, Sabtu (29/6/2019).
Sedangkan, catatan kedua yakni buku yang lebih unik lagi. Ia menyatakan bahwa buku tersebut mungkin yang pertama di dunia lantaran direkam dalam 500 meme politik. Baca Juga: 10 Ribu Personel TNI-Polri Siap Amankan Penetapan Presiden Terpilih di KPU
"Hampir setiap hari ia membuat sekitar tiga meme politik merespons situasi. Meme politik itu tak hanya berisi celotehan, olok-olok, tapi juga perspektif yang bisa memframing kejadian aktual. Buku ini diberi judul Katakanlah dengan Meme," paparnya.

Sedangkan catatan ketiga yang dibukukan tersebut yakni mengulas dan memaparkan penjelasan tentang situasi Pilpres 2019.
"Data, teori dan sentimen mewarnai sekitar 70 tulisan Denny JA. Mayoritas tulisan berbentuk esai. Uniknya, ada pula respon atas situasi politik yang dituliskan Denny dalam bentuk puisi dan cerpen. Buku ini diberi judul 'Merenungkan Pemilu Presiden'," katanya.
Denny menambahkan bahwa buku keempat tak kalah unik. Menurut Denny JA, Pilpres 2019 seharusnya juga menjadi panggung pertarungan gagasan. Sehingga, ia pun menuliskan esai soal NKRI Bersyariah atau Ruang Publik Yang Manusiawi untuk merespon gagasan yang diusung Reuni 212.
"Negara di dunia barat lebih islami dibandingkan negara Islam di Timur Tengah. Denny memberikan data yang sudah dimapankan dalam Islamicity Index. Apa yang Islami itu sebenarnya juga apa yang manusiawi. Substansi lebih penting ketimbang label," paparnya.
Baca Juga: PAN Akui Berpeluang Besar Gabung Koalisi Jokowi
Ia kembali memaparkan bahwa semua negara Eropa lebih islami karena menerapkan demokrasi dan hak asasi manusia, bukan sistem dengan syariat agama.
Di samping dalam bentuk buku, LSI Denny JA juga merekam dinamika opini publik Pilpres 2019 dalam bentuk video Youtube. Adapun empat pengantar diskusi Denny JA soal Pilpres tersebut menjadi viral, dengan view sekitar 1 juta.
"Publik menginginkan lahirnya pemerintahan yang kuat untuk menumbuhkan ekonomi. Isu persatuan Indonesia harus dihidupkan kembali. Pilpres 2019 cukup membelah masyarakat," ujarnya.
"LSI Denny JA sungguh beruntung ikut menjadi saksi dan terlibat memenangkan capres empat kali berturut-turut: 2004, 2009, 2014, dan 2019. Memang Pilpres 2019 yang paling membelah. Karena itu dinamika pilpres 2019 layak diabadikan dalam empat buku, untuk menjadi pelajaran generasi mendatang, pungkas Denny JA," katanya.
(Arief Setyadi )