JAKARTA - Ada jejak langkah-langkah pria yang bergerak di tengah sungai berwarna cokelat pekat, yang menampung air beberapa anak sungai di Jakarta. Sesekali tangan pria dan jalanya bergerak merusuk masuk ke dalam air Kanal Banjir Timur di Jakarta Timur itu, untuk mencari cacing.
“Bisa dibilang kami mencari 'harta karun' di sini. Menggali lumpur untuk dapat harta, tapi hartanya itu cacing,” ungkap Manin, salah satu pencari cacing ketika ditemui di KBT, Jumat (19/7/2019).
Manin adalah salah satu dari enam pencari cacing yang bekerja hari ini, menurut dia sebenarnya ada banyak yang melakukan pekerjaan itu di sepanjang kanal dengan bermodalkan jaring dan karung beras.
Bahkan, menurutnya, jumlah pencari cacing sehari-hari bisa mencapai 100 orang di sepanjang Kanal Banjir Timur saja.
“Kalau Jumat sepi, tapi hari Senin-Kamis biasanya lumayan banyak bahkan bisa sampai sekitar 100 orang,” katanya.
Cara kerja mereka adalah bergerak ke dalam sungai, mencari bagian yang dengan lumpur tebal dan dari situ menyerok bagian lumpur yang kaya akan cacing. Semakin tebal lumpur, makin gembira hati mereka.
Bau menyengat dan warna kehitaman sungai tidak membuat mereka gentar, malah mereka akan semakin bergerak ke arah yang kotor itu. “Semakin kotor makin bagus. Kalau sungainya bersih sekali susah untuk dapat cacing,” ungkapnya.
Hal yang sama diungkapkan Amanan, kolega Mamin yang bekerja membelah sungai siang itu.
“Kami kalau cari yang di bagian lumpur, karena di situ cacingnya banyak dari yang sutra sampai yang super ada di situ semua. Tinggal kita serok saja,” ungkap Amanan.
Warga Bekasi itu mengaku setiap hari bekerja dari pagi hingga jelang siang, semuanya itu dilakukan tanpa hati yang berat karena sesekali mereka bercanda saling melempar lumpur. “Ya, kalau dibawa sumpek, bisa stres terus marah-marah,” ungkapnya.
Kanal Banjir Timur adalah daerah penampungan yang dibangun pemerintah untuk daerah penampungan dan serapan air. Kanal seluas 207 kilometer itu menampung air dari berbagai sungai di Jakarta seperti Kali Ciliwung, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung.
Baca Juga: Kasasi Jokowi soal Karhutla Ditolak MA, Ini Respons Istana
Semenjak dibangun, daerah itu sudah menjadi tempat favorit warga untuk berbagai kegiatan, mulai dari berolahraga dan bercengkrama di sepanjang pinggirnya, hingga mencari nafkah sebagaimana para pencari cacing.
Berbagai halangan dan rintangan sering ditemui pencari cacing yang bekerja di sana, termasuk ketika musim hujan yang membuat ketinggian air meningkat.
“Kemarin-kemarin sampai sedada airnya, biasanya cuman selutut. Itu kami sampai harus masukin kepala ke air buat nyerok. Sampai sekepala bau semua,” ujar Manin.