JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Pelepasan Peserta Program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019 di Ballroom Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Dalam acara tersebut Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Supriano mengatakan jumlah peserta yang dilepas mencapai ribuan tenaga didik.
“Jumlah guru dan kepala sekolah yang terlibat dalam program kemitraan pada tahun ini, guru SMP ada guru inti, guru mitra, guru imbas jumlahnya 2.584. Guru SMA ada guru inti, guru mitra, guru imbas jumlahnya ada 1.350. Ditambah kepala sekolah SMP ada 900. Ditambah kepala sekolah SMA ada 450, sehingga totalnya pada tahun ini 5.284,” ujarnya.
Pelepasan Peserta Program Kemitraan Guru didahului oleh Workshop Guru Inti dan Mitra Program Kerja Sama Melalui Kemitraan Tahun 2019. Kegiatan workshop dilakukan untuk mempertemukan guru inti dengan guru mitra untuk pertama kalinya. Guru inti berasal dari 10 kabupaten/kota yang dikategorikan sebagai daerah yang secara nasional memiliki rerataan capaian nilai UN yang tinggi. Sedangkan guru mitra berasal dari daerah yang secara nasional memiliki capaian UN yang rendah. UN yang dimaksud adalah UN tahun pelajaran 2017/2018.
“Pertemuan guru inti dan guru mitra ini bertujuan memberikan pemahaman kepada para peserta tentang kemitraan guru dan tenaga kependidikan. Mengiringi peserta untuk berkolaborasi dan saling berbagi pengalaman terbaik dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas,” ujar Supriano.
Integrasi konsep dan tahapan kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan percepatan pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan secara nasional, khususnya pada wilayah-wilayah yang memiliki nilai capaian rerata Ujian Nasional dan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang rendah. Peserta program terdiri dari tiga kategori, yaitu peserta inti, mitra, dan imbas dari unsur guru. Unsur guru SMP terdiri dari guru mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA. Guru SMA terdiri dari guru mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
“Kegiatan On the Job Learning (OJL) dilaksanakan selama 7 hari di sekolah guru inti. Secara teknis program kemitraan adalah mewujudkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), penguatan kompetensi pembelajaran, pembelajaran abad 21, gerakan literasi sekolah secara terpadu melalui peran guru di kelas. Peran kepala sekolah di tingkat satuan pendidikan melalui penguatan komunitas belajar di daerah masing-masing,” ucap Supriano.
Program Peningkatan dan Pemerataan Mutu Guru dan Tenaga Kependidikan sendiri merupakan program yang sudah berlangsung sejak tahun 2003 sampai saat ini. Ini menunjukkan bahwa program kemitraan memiliki urgensi yang tinggi dalam memecahkan masalah pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan secara nasional.
“Saya rasa ini kegiatan (kegiatan 2019) yang paling berkesan, kita sudah dibuka dulu dengan awal ada gempa sedikit. Dan ini mudah-mudahan tanda keberkahan buat kita untuk memulai kegiatan ini,” pungkas Supriano.
(Abu Sahma Pane)