 
                Lebih dari satu juta orang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh selatan di pemukiman pengungsi terbesar di dunia. Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri dari kekerasan pada 2017 yang menurut PBB dieksekusi dengan “niat genosidal”.
Para pengungsi mengatakan pasukan keamanan Myanmar dan warga sipil Budha melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan selama berminggu-minggu "operasi pembersihan". Myanmar membantah tuduhan itu dan mengatakan mereka melakukan operasi yang sah terhadap pemberontak Rohingya yang menyerang pos polisi.
“Kami merindukan rumah kami, kerabat kami, orang-orang terkasih kami yang terbunuh di Myanmar,” kata Chekufa, pemimpin Jaringan Pemberdayaan dan Advokasi Wanita Rohingya sebagaimana dilansir Reuters, Senin (26/8/2019). "Kami sangat merindukan mereka hari ini."
BACA JUGA: Pengungsi Rohingya Menolak Dipulangkan ke Myanmar
Upaya untuk mulai memulangkan 3.450 Rohingya yang telah diizinkan masuk oleh Myanmar gagal dilakukan pada Kamis pekan lalu setelah tidak ada yang warga Rohingya yang setuju untuk pulang.