WASHINGTON – Senator Amerika Serikat (AS), Kirsten Gillibrand telah mengumumkan pengunduran dirinya dari persaingan calon presiden Partai Demokrat untuk pemilihan umum 2020. Keputusan itu diumumkan melalui video daring setelah dia gagal lolos untuk debat ketiga Partai Demokrat yang akan digelar bulan depan.
"Setelah lebih dari delapan bulan yang luar biasa, saya mengakhiri kampanye presiden saya," katanya sebagaimana dikutip BBC, Kamis (29/8/2019).
Perempuan berusia 52 tahun itu telah menjadi pendukung vokal untuk hak-hak perempuan tetapi kampanyenya gagal mendapatkan dukungan yang luas.
BACA JUGA: Hanya 52% Warga AS yang Nyaman dengan Presiden Perempuan
"Saya tahu ini bukan hasil yang kami inginkan. Kami ingin memenangkan persaingan ini," katanya. "Tetapi penting untuk mengetahui sat ini bukan waktu Anda, dan untuk mengetahui bagaimana Anda bisa melayani komunitas dan negara Anda dengan sebaik-baiknya."
Today, I am ending my campaign for president.
— Kirsten Gillibrand (@SenGillibrand) August 28, 2019
I am so proud of this team and all we've accomplished. But I think it’s important to know how you can best serve.
To our supporters: Thank you, from the bottom of my heart. Now, let's go beat Donald Trump and win back the Senate. pic.twitter.com/xM5NGfgFGT
Gillibrand memenangi kursinya di Senat AS pada 2009, ketika Hillary Clinton menerima peran sebagai menteri luar negeri AS di pemerintahan presiden Barack Obama. Sejak itu, dia memenangi pemilihan ulang dengan mudah dan tetap populer di New York.
Dia memiliki salah satu kumpulan keuangan terbesar untuk menarik dari semua kandidat presiden 2020, dengan sekira USD10 juta (Rp142 miliar) dalam pundi-pundi kampanyenya setelah dia terpilih kembali tahun lalu.
BACA JUGA: Angka Pelanggaran Seksual Tentara AS Naik
Gillibrand merupakan pendukung keras gerakan #MeToo serta turut mengadvokasi korban kekerasan seksual di kampus-kampus dan di militer.
Namun, keterlibatannya itu mungkin menjadi salah satu penyebab kegagalannya. Seruannya agar Senator Minnesota, Al Franken, yang dituduh melakukan pelecehan seksual, untuk mengundurkan diri dipandang sebagai pengkhianatan terhadap politisi yang disukai oleh pihak kiri. Dia juga dijauhi oleh loyalis Clinton ketika mengatakan bahwa Presiden Bill Clinton seharusnya mengundurkan diri setelah skandal seks Ruang Oval saat dia menjabat.
(Rahman Asmardika)