DAMASKUS – Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi mengatakan mata-mata mereka mencuri celana dalam Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi untuk membuktikan identitasnya melalui tes DNA.
Seorang komandan senior SDF, Polat Can mengklaim sumber mereka juga berperan penting dalam melacak lokasi al Baghdadi sebelum AS melancarkan operasi perburuan.
Baghdadi bunuh diri dalam serangan itu menggunakan rompi bom, yang juga menewaskan tiga anaknya.
Baca juga: Siapa Kayla Mueller, Nama Perempuan yang Dijadikan Operasi Perburuan Pemimpin ISIS
Baca juga: Inilah Anjing Pahlawan Dalam Perburuan Pemimpin ISIS Abu Bakr al Baghdadi
Presiden AS Donald Trump meremehkan peran pasukan Kurdi. Ketika mengumumkan serangan pada 27 Oktober, Trump mengatakan bahwa Kurdi memberikan informasi tetapi ia menambahkan bahwa pasukan Kurdi tidak melakukan "peran militer sama sekali".
Polat Can bersikeras SDF memainkan peran penting dalam serangan di utas Twitter yang diposting.
"Semua intelijen dan akses ke al-Baghdadi serta identifikasi tempatnya adalah hasil dari pekerjaan kami sendiri. Sumber intelijen kami terlibat dalam mengirimkan koordinat, mengarahkan titik lokasi, berpartisipasi dalam dan membuat operasi sukses hingga menit terakhir," katanya.
Can menambahkan bahwa SDF telah bekerja dengan CIA untuk melacak Baghdadi sejak 15 Mei, dan telah menemukan bahwa dia bersembunyi di provinsi Idlib, di mana serangan itu terjadi.
Sumber itu, kata Can, telah menemukan bahwa al Baghdadi akan pindah ke lokasi baru di Jarablus.
3 - Our own source, who had been able to reach Al Baghdadi, brought Al Baghdadi’s underwear to conduct a DNA test and make sure (100%) that the person in question was Al Baghdadi himself.— بولات جان Polat Can (@PolatCanRojava) October 28, 2019
SDF telah menjadi sekutu utama AS dalam pertempuran melawan kelompok Negara Islam (IS), tetapi awal bulan ini Trump menarik pasukan Amerika keluar dari Suriah utara.
Para analis mengatakan penarikan AS itu memberi Turki lampu hijau untuk memulai serangan lintas-perbatasan di kawasan itu.
Beberapa sekutu atau kekuatan AS di kawasan itu diberi pemberitahuan terlebih dahulu tentang serangan itu, termasuk Turki, Irak, pasukan Kurdi di Suriah timur laut, dan Rusia, yang mengendalikan wilayah udara di atas Idlib.
Pasukan AS tiba dengan mendapat rentetan tembakan dari tanah, kata laporan.
Saat mendarat, pasukan AS meminta Baghdadi, yang melarikan diri ke terowongan, untuk keluar dan menyerah.