JAKARTA - Peran dan fungsi perempuan di kancah perpolitikan negara Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Karena beberapa tokoh pun bisa dikatakan telah ‘berkontribusi’ bagi bangsa Indonesia, mengingat politik turut menentukan kebijakan dalam aspek kehidupan.
Lantas mengapa perempuan harus turut berpolitik? Salah satu politikus perempuan yang juga Ketua DPP Partai Golkar, Meutya Hafid mengatakan demokrasi telah dipilih oleh bangsa Indonesia, dengan menganut sistem demokrasi, maka keterwakilan perempuan di dalam berpolitik harus juga ada.
“Kita sudah memilih demokrasi dan kita gak bisa mundur itu menurut saya. Dan demokrasi sistem keterwakilan, artinya perempuan itu kurang lebih dibawah sedikit 50 persen penduduk Indonesia, maka seharusnya mereka juga terwakili,” kata Meutya saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.
Meutya enggan terjebak dalam lingkaran yang menyebutkan bahwa perempuann lebih bagus dan laki-laki lebih buruk. Padahal menurutnya keduanya setara tak ada yang lebih bagus dan tak ada yang lebih buruk.
Karena kesetaraan itulah, maka perwakilan perempuan harus ada dalam berpolitik. “Kalo perwakilan perempuan enggak ada atau sangat sedikit itu artinya enggak setara. Kita gak mau hidup dalam ligkungan atau negara yang pemangku kebijakannya tidak setara antara perempuan dan laki laki,” ujar dia.
Ketua Komisi I DPR RI ini pun menerangkan, dalam berpolitik perempuan tak serta merta harus menyampaikan soal hak-haknya. Tetapi harus menyuarakan soal apapun termasuk dengan lingkungan hidup, pertahanan.
“Meskipun bukan tentang perempuan,” tutur Meutya.