Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sekolah Kena Gusur Proyek Kereta Cepat, Ratusan Pelajar di Purwakarta Numpang Belajar

Mulyana , Jurnalis-Kamis, 28 November 2019 |16:55 WIB
Sekolah Kena Gusur Proyek Kereta Cepat, Ratusan Pelajar di Purwakarta <i>Numpang</i> Belajar
Proyek Kereta Cepat di Purwakarta (Foto: Okezone/Mulyana)
A
A
A

PURWAKARTA - Sebanyak 343 pelajar dari SDN 1 Terpadu Malangnengah, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, terancam tidak punya ruang kelas. Pasalnya, gedung sekolah mereka ini terdampak proyek nasional kereta cepat Indonesia-Cina (KCIC). Seluruh ruang kelas di sekolah itu, dalam waktu dekat akan rata dengan tanah.

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Terpadu Malangnengah, Kecamatan Sukatani, Asep Somantri, mengatakan, saat ini jarak proyek KCIC dengan bangunan sekolah sekitar 10 meter lagi. Dengan begitu, dalam waktu dekat sekolah ini akan terkena gusur.

"Pada dasarnya, kami sangat mendukung proyek pemerintah ini. Namun, mengenai masalah bangunan kena gusuran, di tingkat orang tua siswa menuai pro dan kontra," ujar Asep, Kamis (28/11/2019).

Sekolah di Purwakarta

Akan tetapi, lanjut Asep, banyak orang tua siswa tidak setuju sekolah ini digusur. Salah satu alasannya, warga sempat kecewa karena kasus lapang sepak bola di desa ini, juga terkena gusur KCIC sejak 2017 lalu.

Saat itu, pihak KCIC berjanji akan mengganti lapang sepak bola itu, dengan fasilitas olah raga yang representatif dan memadai. Tetapi, sampai dua tahun berjalan, fasilitas yang dijanjikan itu tak kunjung terealisasi.

Karena itu, warga kecewa. Sehingga, berdampak pada penolakan sekolah yang akam kena gusuran. Sekolah ini, berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter dengan jumlah 14 ruang kelas.

Sekolah di Purwakarta

Sedangkan, untuk solusi dari permasalahan bangunan sekolah terimbas proyek kereta cepat ini, lanjut Asep, sebenarnya sudah ada. Yakni, akan dibangun di lahan milik desa yang dipinjamkan ke Pemkab Purwakarta. Gedung barunya, rencananya dibangun pada awal 2020.

"Jumlah siswa kami, yang sekolah terdiri dari 261 siswa SD, 59 siswa SMP dan 23 sekolah TK," ujarnya.

Sementara itu, Wahyudin (32) salah satu orang tua siswa, mengaku, dirinya bersama ratusan orang tua lainnya menolak jika banguan sekolah itu harus digusur. Apalagi, belum ada kepastian mengenai bangunan ruang kelas baru, sebagai pengganti sekolah lama.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement