VALETTA - Salah satu pria terkaya Malta, Yorgen Fenech, didakwa di pengadilan Valletta pada Sabtu atas tuduhan terlibat dalam pembunuhan bom mobil yang menewaskan jurnalis anti korupsi Daphne Caruana Galizia pada 2017.
Tuduhan resmi terhadap Fenech menandai bagian penting dalam penyelidikan pembunuhan Caruana Galizia, seorang jurnalis yang menyelidiki dan mengekspos korupsi di Malta.
BACA JUGA: Mobilnya Dipasangi Bom, Blogger Anti-Korupsi Ternama di Eropa Tewas
Caruana Galizia, 53 tahun, terbunuh oleh bom mobil ketika ia keluar dari rumahnya di Bidnija, 11 km dari Valletta, hanya setengah jam setelah menulis sebuah blog yang menggambarkan Schembri sebagai "penjahat". Penyelidik kemudian mengatakan kepada pengadilan bahwa bom itu diledakkan dari kapal pesiar di pelabuhan Valletta.
Dugaan hubungan Fenech dengan para menteri dan pejabat senior di negara itu juga telah melahirkan krisis politik bagi pemerintahan Perdana Menteri Joseph Muscat, yang tampaknya hampir mengundurkan diri pada Sabtu.
Daphne Caruana Galizia. (Reuters)
Fenech menyatakan dirinya tidak bersalah atas tuduhan keterlibatan dalam pembunuhan dan tuduhan lain yang terkait dengan kasus tersebut, yang meliputi keanggotaan dalam geng kriminal, dan konspirasi untuk menyebabkan ledakan.
Dalam sebuah pernyataan, Muscat mengatakan kepada Reuters bahwa dia akan berbicara tentang masa depannya setelah sidang. Sumber resmi mengatakan dia diharapkan mengumumkan pengunduran dirinya dalam waktu dekat.
Sejauh ini tidak ada pernyataan resmi yang dikeluarkan.
Ditanya tentang hal ini sebelum Fenech didakwa, juru bicara perdana menteri mengatakan bahwa Muscat “telah berjanji berkali-kali bahwa dia ingin menyelesaikan kasus ini. Dia akan membuat pengumuman pada waktunya”.
Fenech, 38 tahun, yang sampai bulan ini menjabat sebagai kepala eksekutif salah satu perusahaan terbesar Malta, konglomerat Tumas Group, dibawa ke pengadilan dengan borgol di sebuah van polisi di bawah pengawalan polisi bersenjata berat hampir dua tahun sejak tiga pria lainnya didakwa telah meledakkan bom yang menewaskan jurnalis pada 16 Oktober 2017.
Ketiganya mengaku tidak bersalah dan masih menunggu persidangan.