HONG KONG - Seorang wartawan Indonesia yang mengalami kebutaan di mata sebelah kanannya saat meliput demonstrasi pro-demokrasi Hong Kong mengatakan bahwa telah memaafkan petugas polisi yang menyebabknannya terluka, namun teteap mengambil langkah hukum.
Veby Mega Indah (39) tetap bertekad memaksa polisi Hong Kong untuk menyelidikij petugas yang melakukan penembakan, sehingga dia bisa melakukan tuntutan kepada petugas kepolisian tersebut.
Dia meyakini telah terkena peluru karet hingga mata kanannya buta.
“Saya mengejar keadilan dalam kasus ini tidak hanya untuk saya tetapi untuk semua orang yang terluka di Hong Kong yang tidak dapat melakukan hal yang sama,” kata Veby, wartawan dari Suara Hong Kong News, media berbahasa Indonesia yang terbit di Hong Kong melansir South China Morning Post, Rabu (4/12/2019).
Dia diwakili oleh pengacara hak asasi manusia Michael Vidler dan telah mengajukan permohonan bantuan hukum untuk melanjutkan kasusnya.
Baca juga: Trump: Hong Kong Akan 'Dilenyapkan dalam 14 Menit' jika Bukan karena Saya
Baca juga: Bocah 12 Tahun Menjadi Pelaku Termuda yang Akan Dihukum Terkait Protes Hong Kong
Veby memiliki pengalaman selama 13 tahun terakhir sebagai jurnalis. Ia datang ke Hong Kong pada 2012 dan rutin menulis soal hak-hak pekerja migran Indonesia di Hong Kong.
Pada 29 September 2019, dia menjadi berita utama media-mdia Hong Kong karena matanya tertembak saat meliput demonstrsai di Wan Chai.
Veby mengatakan dia masih terkejut bahwa insiden itu terjadi. Veby mengenakan rompi bertulisan Press pada hari kejadian dan bersama sekira belasan wartawan lainnya.
Saat terkenan tembakan, Veby ingat jatuh dia jatuh ke pelukan seorang jurnalis di belakangnya. Dia mendengar suara-suara yang mengatakan kepadanya agar tetap sadar. "Ini akan menjadi akhir saya," pikir Veby saat itu.
Dia menjalani operasi, tetapi dokter tidak bisa menyelamatkan matanya.
Keluar dari rumah sakit sekitar tiga minggu lalu, dia mengatakan bola matanya yang pecah mungkin harus dilepas jika keadaannya memburuk.