Setelah kudeta tak berdarah itu, Sultan Qaboos segera menyatakan bahwa ia bermaksud mendirikan pemerintahan modern dan menggunakan uang dari kekayaan minyak Oman untuk membangun negaranya. Di Oman saat itu hanya ada jalan beraspal sepanjang 10 kilometer dan tiga sekolah.
Dalam beberapa tahun pertama masa pemerintahannya dia mendapat bantuan dari pasukan khusus Inggris untuk menekan pemberontakan suku di Provinsi Dhofar yang didukung oleh Republik Yaman.
BACA JUGA: Oman Reshuffle Kabinet Besar-besaran
Sultan Qaboos mengambil jalan netral dalam urusan luar negeri dan mampu memfasilitasi pembicaraan rahasia antara Amerika Serikat (AS) dan Iran pada 2013 yang mengarah pada kesepakatan nuklir yang penting dua tahun kemudian.
Sultan Qaboos digambarkan sebagai pemimpin karismatik dan visioner, dan ia secara luas dianggap populer. Tetapi dia juga seorang raja absolut dan membungkam suara-suara yang berbeda pendapat.
Tidak ada kerusuhan besar di Oman selama Arab Spring 2011, tetapi ribuan orang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk menuntut upah yang lebih baik, lebih banyak pekerjaan yang mengakhiri korupsi.
Protes yang kemudian berakhir dengan kerusuhan, dua orang tewas, dan ratusan lainnya ditahan atau dikriminalisasi itu gagal menghasilkan perubahan besar di Oman. Tetapi Sultan Qaboos kemudian memecat beberapa menteri lama yang dianggap korup, memperluas kekuasaan Dewan Konsultatif, dan berjanji untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan sektor publik.
(Hantoro)