MUSIK cokek losari. Begitulah nama kesenian yang dimainkan Surip (57) bersama keenam orang temannya saat mengiringi malam perayaan Tahun Baru Imlek ke 2571 di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon, Jawa Barat, kemarin.
Surip dipercaya warga keturunan Tionghoa Cirebon untuk memainkan musik ini dalam malam perayaan Imlek setiap tahunnya.
Diceritakan Surip, cokek losari adalah jenis musik yang menggabungkan dua unsur kebudayaan, yaitu Tionghoa dan Cirebon. Ia dan rekan-rekannya memainkan musik bernuansa mandarin dengan irama nada pelog khas gamelan Cirebon.
"Namanya cokek losari atau musik pat im losari. Ini satu-satunya di Cirebon. Mungkin di Indonesia. Nama sanggar kami Pat Im Langgeng," ujar Surip kepada Okezone, Sabtu (25/1/2020) malam.
Surip mengatakan, musik khas Cirebon ini sudah diajarkan turun temurun oleh kakek buyutnya. Surip adalah generasi ketiga yang melestarikan musik ini. Ia memperkirakan musik cokek Losari sudah berusia ratusan tahun.
Ia mengungkapkan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari musik cokek losari. Salah satunya adalah tentang pentingnya menjaga toleransi. Surip mengaku meski beragama Islam, ia tetap senang memainkan musik cokek losari setiap malam perayaan Imlek.
"Awalnya dari buyut saya yang diajarin sama orang Tionghoa. Namanya enggak tahu. Tapi itu sudah lama sekali. Musiknya sendiri sudah ratusan tahun. Saya Islam, tapi tiap tahun main musik cokek di sini, " ujar Surip.
Sementara itu, pengurus Vihara Dewi Welas Asih, Gwi Khusung atau Romo Sungkono mengungkapkan, hanya kelompok pat im Langgeng yang bisa menyesuaikan irama pemuka agama dari Tionghoa saat sedang melafalkan doa-doa.
Selain itu, kata Sungkono, kelompok pat im Langgeng memang selalu memainkan musik khas Cirebon ini di Vihara Dewi Welas Asih.
"Mereka tiap Imlek main musik di sini. Mereka satu-satunya di Cirebon dan paling tua. Cuma mereka yang iramanya bisa sama saat biksu mengucap mantra dan sutra," tutur Sungkono.