Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Fakta-Fakta Pelajar di Malang Korban Bullying: Trauma hingga Jari Diamputasi

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 08 Februari 2020 |22:01 WIB
Fakta-Fakta Pelajar di Malang Korban <i>Bullying</i>: Trauma hingga Jari Diamputasi
Ilustrasi bullying. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

KOTA MALANG – Kasus perundungan (bullying) di dunia pendidikan kembali terjadi. Kali ini salah satu SMP negeri di Kota Malang, Jawa Timur, menjadi korbannya. Bahkan akibat bullying yang mengarah pada kekerasan ini, korban harus kehilangan jari tengah tangan kanannya yang diamputasi.

Ada sejumlah fakta dari kejadian yang menghebohkan publik tersebut, berikut ini beberapa di antaranya, sebagaimana dirangkum Okezone, Sabtu (8/2/2020).

1. Terjadi pada pertengahan Januari 2020

Meskipun baru menjadi perhatian publik pada akhir Januari hingga awal Februari ini, sebenarnya peristiwa bullying kepada korban MS sudah terjadi sejak 15 Januari di sekolahnya.

"Kejadian tanggal 15 januari. Awalnya mengaku bagian kakinya sakit saat di tangga masjid. Lalu saya bersama W mencoba menggendong MS. Lalu ada segerombolan teman lain yang ikut menggendong. Akhirnya saya lepaskan, tapi mereka satu per satu bagian tubuh MS dijatuhkan hingga mengeluh kesakitan. Besoknya saya Lihat kaki kirinya sudah diperban," ungkap R, salah satu teman korban, ketika ditemui di Dinas Pendidikan Kota Malang.

2. Awalnya disebut karena kejepit gesper

Sebelum terkuak adanya dugaan kekerasan, MS yang merupakan siswa kelas VII SMP negeri di Kota Malang ini awalnya disebut jarinya terluka akibat sering terjepit sabuk.

"Kalau jari tangannya bengkak, penyebabnya kejepit gesper sabuk, karena sering terburu-buru," ungkap R.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang Zubaidah yang menyebut terjepit sabuk menjadi penyebab utama luka di jari tengah MS.

"Pertama yang jari tangannya sakit itu bukan karena diinjak atau diapakan, tapi karena seringnya kejepit gesper ikat pinggang dan itu sering sekali ia sendiri yang cerita," Zubaidah kepada awak media beberapa waktu lalu di kantornya.

Sedangkan dalam sejumlah fakta pemeriksaan yang dilakukan kepolisian hingga Jumat kemarin, tidak ada keterangan mengenai terjepit gesper sabuk dari sejumlah saksi yang dimintai keterangan.

"Tidak ada bunyi (soal terjepit gesper sabuk) di pemeriksaan kami terkait itu," tutur Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata saat dikonfirmasi.

3. Disebut hanya bercanda

Fakta menarik dikemukakan Kadisdik Kota Malang Zubaidah. Ia menyebut jari MS mengalami luka lebam akibat bercanda dengan temannya.

"Tadi kami panggil tujuh pelajar untuk menceritakan bagaimana kronologinya. Guru BK dan kepala sekolah juga kita datangkan. Dari hasil wawancara, kesimpulan sementara yang terjadi bukan kekerasan, guyon (bercanda). Anak-anak itu guyon di masjid," tutur Zubaidah.

Pihak SMPN 16 Kota Malang melalui kepala sekolahnya juga menyebut bercanda meski telah mengindikasikan adanya dugaan kekerasan.

"Secara kronologi, patut diduga ada kekerasan di SMPN 16. Tetapi kami masih belum tuntas dalam menyelesaikan itu, karena masih berproses. Tetapi kekerasan itu secara pribadi kami punya keyakinan, itu bukan kesengajaan, tapi bergurau seusia anak," ungkap Kepala SMPN 16 Kota Malang Syamsul Arifin.

4. MS tidak masuk beberapa hari

Setelah kejadian "dilempar" oleh teman-temannya, MS sempat mengenakan perban hingga lambat laun tidak masuk sekolah. Pihak sekolah sendiri baru menerima informasi MS dirawat di rumah sakit usai tak masuk lebih dari satu pekan.

"Setelah tanggal 15 Januari dijatuhkan itu, besoknya masuk, tapi memakai perban. Tanggal 18 Januari masuk, tidak pakai perban ikut pramuka, tanggal 21 (Januari) sakit, tanggal 22 (Januari) masuk. Setelah itu tidak masuk," cerita R, teman sekelas MS.

Kejadian baru tahunya pihak sekolah ini pun mendapat sorotan dari Wali Kota Malang Sutiaji. Ia menyebut pihak sekolah kurang peka dalam memantau anak didiknya.

"Setiap hari kejadian apa pun harus diketahui. Anak enggak masuk hari ini ya langsung konfirmasi kepada orangtua, kenapa dia enggak masuk sekolah. Saya sampaikan kenapa anak ini ada kejadian tanggal 15 (15 Januari), kemarin ya terus kita tahunya baru sekarang. Upayakan sedini mungkin kalau ada kejadian apa pun sekolah mengetahui prosesnya," ungkap Sutiaji.

5. Polisi sebut ada dugaan kekerasan

Setelah mulai mencuat mengenai kasus MS, Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata coba menjenguk serta melihat kondisi sang anak.

Dari hasil menengok di Rumah Sakit Lavalatte inilah, ia mendapat petunjuk bahwa ada indikasi dugaan kekerasan dan penganiayaan yang diterima MS.

"Saya datang langsung ke rumah sakit, dan benar korban memang berada di sana dan tengah menjalani perawatan. Untuk apa kasus yang terjadi, penyelidikan tengah kami lakukan. Yang pasti kita akan proses secara hukum untuk dugaan kekerasan yang terjadi," bebernya beberapa waktu lalu.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement