6. Disdik dan sekolah dinilai tidak terbuka
Sebelum viral dan beredar kabar bahwa MS diduga menjadi korban kekerasan oleh teman-temannya, pihak Dinas Pendidikan Kota Malang dan sekolah dinilai tidak terbuka mengungkapkan kasus ini.
Pada Jumat 31 Januari 2020 pagi, Disdik bersama sejumlah anggota dewan memanggil pihak sekolah dan sejumlah siswa yang mengetahui kronologi peristiwa tersebut.
Namun keterangan yang disampaikan antara murid, kepala sekolah, dan Kepala Disdik Kota Malang ada kejanggalan. Bahkan pihak sekolah menyebut kondisi MS sudah cukup membaik dan tidak perlu menjalani amputasi sebagaimana isu yang beredar.
"Tidak benar kalau harus diamputasi. Cederanya hanya memar saja di jari tangan kanan dan kaki. Sekarang kondisinya sudah semakin membaik," tutur Kepala SMPN 16 Kota Malang Syamsul Arifin pada Jumat 31 Januari 2020.
Hal ini pula yang disayangkan Wali Kota Malang Sutiaji. Ia menilai ada ketakutan sehingga tidak terbuka mengenai kejadian yang sebenarnya.
"Dengan transparansi informasi dari apa pun tidak boleh takut dan menutupi kalau ada kejadian sekecil apa pun harus dilakukan sesuai dengan apa yang ada sehingga tidak ada missed. Karena starting point ketika premis minornya dan mayor nyandak pernyataan-pernyataan yang dilakukan oleh kepala dinas dapat laporan dari sumber kepala sekolah dan lingkungannya," terang Sutiaji.
7. Wali Kota Malang kumpulkan kepala sekolah
Imbas kejadian dugaan kekerasan kepada siswa SMP negeri di Malang, membuat Wali Kota Malang Sutiaji mengumpulkan seluruh kepala SMP negeri dan swasta di Ruang Sidang Balai Kota Malang pada Rabu 5 Januari 2020 pagi yang dilakukan secara tertutup.
"Yang saya hadirkan adalah seluruh kepala sekolah, baik negeri maupun swasta. Yang kedua wakasek 3 yang berkaitan dengan masalah siswa. Ketiga, pengawas negeri yang mempunyai tugas untuk mengawasi proses belajar-mengajar, baik di kelas maupun luar kelas," jelas pria asal Lamongan ini.
8. Jari MS akhirnya diamputasi
Setelah melalui sejumlah pemeriksaan dan pertimbangan medis, jari tengah tangan kanan MS akhirnya diamputasi oleh dokter di RS Lavalatte. Hal ini tentu berbeda dengan pernyataan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Malang yang menyebut MS dalam kondisi baik-baik saja.
"Semalam operasi dari jam 18.00 sore sampai 09.30 WIB tadi pagi. Setelah operasi dia itu terus menangis, sampai tadi baru tenang," ungkap Taufik, paman korban yang menjadi juru bicara pihak keluarga.
Kepada awak media, Taufik beralasan tim dokter mengamputasi jari tengah tangan kanan MS lantaran kondisinya yang sudah semakin parah.
"Dokter melihat sistem jaringan serta peredaran darahnya sudah terhambat dan ujung jarinya sudah mati rasa. Sehingga kalau tidak dipotong juga takut takutnya darah yang ngumpul, justru akan berbahaya bagi kesehatannya," jelasnya.
9. Polisi menaikkan status menjadi penyidikan
Setelah melakukan penyelidikan, polisi memastikan menemukan dua alat bukti dari visum dan sejumlah keterangan pihak terkait.
Guna mendalami dugaan kasus ini, kepolisian telah memeriksa 18 saksi hingga Jumat kemarin. Dari 18 orang itu, 10 orang merupakan pelajar dan rekan MS, di mana tujuh di antaranya diduga merupakan pelaku bullying.
Sementara sisanya merupakan pihak sekolah dan dokter yang menangani MS saat di RS Lavalatte dan yang mengeluarkan hasil visum.
"Saksi 14 orang hingga hari ini, ditambah 3 hari ini. Senin nanti ada 3 orang lagi. Dari semua yang terkait, 10 orang murid, pihak sekolah, dokter yang menangani visum, sampai dengan pihak Diknas kemungkinan akan kita panggil juga minggu depan," papar Kasatreskrim Polres Malang Kota Kompol Yunar Hotma Paruli Sirait.
Penaikan status ke penyidikan pun ditegaskan Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata.
"Perkembangan saat ini sudah menaikkan status dari penyelidikan menjadi penyidikan. Insya Allah, kita nanti akan mencari peran daripada yang terduga tadi. Apakah dari tujuh itu siapa yang betul-betul melakukan dan memang akan menjadi tersangkanya," ungkapnya.
10. Temukan luka di sekujur tubuh MS
Kepolisian sempat melihat langsung kondisi bocah kelas VII yang diduga menjadi korban bullying. Saat pertama kali menjenguk, Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata menegaskan pihaknya menemukan sejumlah luka yang diduga muncul dari tindak kekerasan.
"Jelas ada tindak kekerasan seperti di bagian tangan serta kaki. Itu kami ketahui ketika mendatangi korban di rumah sakit sore (Jumat 31 Januari 2020) tadi," paparnya.
Hasil pengamatannya ternyata sama dengan visum yang dilakukan tim dokter. Di mana hasil tersebut ditemukan luka di sekujur tubuh MS.
"Ditemukan luka memar di bagian tangan, pergelangan tangan, kaki, dan punggung korban," ujar Kasatreskrim Polresta Malang Kota Kompol Yunar Hotma Paruli Sirait saat ditemui Okezone, Jumat 7 Februari 2020.
11. Pemulihan psikis MS
Setelah menjalani operasi amputasi jari tangan, kondisi psikis MS masih belum sepenuhnya pulih. Beberapa kali MS menangis dan tampak merenung menghadapi apa yang dialaminya. Hal ini pula yang membuat pihak keluarga fokus pada pemulihan psikisnya.
"Kami hanya fokus memulihkan psikisnya. Ada instansi juga mau mendampingi secara psikologis sampai benar-benar kondisinya membaik," tutur Taufik, paman MS.
Sedangkan Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata menegaskan telah menyiapkan tim untuk pemulihan trauma psikis MS.
"Sudah kita siapkan. Nanti kita berikan pendampingan psikolog dari rekan-rekan PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak), serta Dinas Sosial. Dari kita terus dilakukan (trauma healing) sampai betul-betul pulih. Trauma healing tidak ada batasan waktu," paparnya.
Pihak sekolah juga telah diminta mendampingi MS hingga enam bulan ke depan dalam proses pemulihan psikisnya.
"Akan dilakukan pendampingan selama enam bulan ke depan (dari pihak sekolah dan lembaga perlindungan anak). Semoga tidak terulang di tempat lainnya," ucap Burhanuddin, ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri se-Kota Malang, usai pertemuan kepala sekolah di Balai Kota, Rabu 5 Februari 2020.
(Hantoro)