Dia pun memutuskan kembali ke rumah sakit. Saat itulah dia tahu jika dia hampir kehilangan nyawa jika terlambat ke rumah sakit.
“Saat itulah saya mendapat konfirmasi jika pengambilan darah saya pasti berasal dari arteri bukan dari pembuluh darah saya,” ujarnya.
Dia pun langsung menjalani operasi darurat di lengannya untuk menghentikan pendarahan, menghilangkan bekuan darah yang telah berkembang, dan menutup lubang di arteri. Itu menyelamatkan nyawanya, tetapi tampaknya tidak mengurangi rasa sakit yang menyiksa dan lenganya tidak bisa bergerak sama sekali.
Meskipun menjalani beberapa prosedur dan sesi fisioterapi lainnya, namun tidak ada yang berhasil. Dokter pun mendiagnosis penyakitnya sebagai bentuk nyeri kronis yang disebut Complex Regional Pain Syndrome (CRPS), kondisi langka yang terkait dengan cedera traumatis.
Dokter hanya mengetahui sedikit tentang kondisi tersebut. Yakni kondisi ini dapat bertahan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, dan ditandai dengan rasa terbakar, bengkak, kejang, dan hipersensitivitas pada anggota tubuh yang terkena.