SEORANG perempuan pemimpin masyarakat adat di hutan hujan Amazon di Ekuador dianugerahi penghargaan lingkungan Goldman Environmental Prize 2020. Adalah Nemonte Nenquimo, ia terpilih karena keberhasilannya melindungi 500.000 hektare hutan hujan dari pengeboran minyak bumi.
Dia dan anggota masyarakat adat Waorani menggugat pemerintah Ekuador atas rencana mereka menjual area komunitas adatnya. Kemenangan atas kasus legal mereka menjadi preseden hukum bagi hak-hak masyarakat adat.
Bagi Nemonte Nenquimo, melindungi lingkungan bukanlah sebuah pilihan, melainkan warisan yang dia putuskan untuk lanjutkan.
"Suku Waorani selalu menjadi pelindung, mereka mempertahankan wilayah dan budaya mereka selama ribuan tahun," ujarnya seperti dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (3/12/2020).
Nenquimo mengatakan bahwa dia masih kecil dia suka mendengarkan para tetua menceritakan kisah tentang bagaimana masyarakat adat Waorani hidup sebelum mereka misionaris datang pada tahun 1950-an.
"Kakek saya adalah seorang pemimpin dan dia melindungi tanah kami dari serbuan orang luar, dia benar-benar mempelopori perlawanan itu dengan menghadapi para penyusup, dengan tombak di tangan," kata dia.
Nenquimo mengatakan bahwa sejak usia lima tahun, dia didorong oleh para tetua untuk menjadi pemimpin. "Secara historis, perempuan Waorani yang mengambil keputusan, laki-laki berperang," jelasnya.
"Perempuan Waorani membuat pria mendengarkan mereka dan baru setelah kami berhubungan dengan misionaris evangelis, kami diberi tahu bahwa Tuhan menciptakan Adam dan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, saat itulah kebingungan [tentang peran perempuan] dimulai," ujarnya.

Baca Juga : Jaksa Agung AS : Kami Tidak Melihat Kecurangan pada Pilpres
Namun Nenquimo berkukuh bahwa peran perempuan dalam komunitas Waorani tetap menduduki peran kunci. "Ketika mengambil keputusan, para perempuan tidak akan memukul, dan semua orang mendengarkan".
Nemonte Nenquimo mengatakan bahwa dia mungkin perempuan pertama yang dipilih sebagai ketua Suku Waorani di Provinsi Pastaza tetapi "ada banyak pemimpin perempuan" di antara masyarakat adat Waorani lain, yang dia katakan telah membimbingnya dalam perjuangan untuk melindungi wilayah mereka dari minyak ekstraksi.
Saat Nenquimo tumbuh di daerah hutan hujan di mana tidak ada pengeboran minyak, dia ingat pertama kali ayahnya mengajaknya mengunjungi bibinya, yang tinggal di dekat sumur minyak.
"Kami pergi dengan kano, lalu berjalan selama 19 jam dan meskipun kami masih jauh dari sumur, saya bisa mendengar suaranya. Saya berusia 12 tahun, dan dampak yang ditimbulkannya sangat kuat, melihat api dan asap keluar dari sumur minyak..