Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pendeta Kulit Hitam Bantu Atasi Tidak Meratanya Vaksinasi Covid-19

Agregasi VOA , Jurnalis-Senin, 15 Maret 2021 |09:04 WIB
Pendeta Kulit Hitam Bantu Atasi Tidak Meratanya Vaksinasi Covid-19
Pendeta kulit hitam bantu atasi tidak meratanya vaksinasi Covd-19 (Foto: Los Angeles Times)
A
A
A

WASHINGTON - Sejumlah pendeta kulit hitam di Amerika Serikat (AS) berusaha mengatasi tidak meratanya vaksinasi Covid-19, terutama di kalangan komunitas mereka. Mereka tidak hanya berusaha memperluas akses warga kulit hitam ke vaksin, tapi juga menyadarkan warga kulit hitam mengenai pentingnya mendapatkan vaksin itu.

Melvin Marriott sudah berupaya menghubungi dokter ibunya selama berminggu-minggu untuk mendapatkan jadwal vaksin bagi ibunya.

"Saya akhirnya dapat berbicara dengan staf klinik melalui telepon. Namun jadwalnya sudah terisi semua," katanya.

Marriott adalah satu-satunya anak yang merawat ibunya, Dorothy yang berusia 94 tahun. Kondisi kesehatan ibunya tidak memungkinkannya untuk duduk selama berjam-jam.

Marriot juga telah berupaya untuk membuat jadwal vaksin secara online, tetapi gagal. Setelah itu ia mencoba menelepon klinik pada pukul 08.50 waktu setempat, tetapi kemudian ia menyerah karena ada 300 penelepon sebelum dirinya, yang juga sedang menunggu untuk berbicara dengan staf klinik.

(Baca juga: Viral Gunung Emas, Ribuan Penduduk Dilanda "Demam Emas")

Marriot adalah salah satu dari sekian banyak warga kulit hitam Washington DC yang kesulitan mendapat akses ke vaksin. Namun, sesungguhnya bukan hanya akses yang menyebabkan warga kulit hitam tertinggal dalam program vaksinasi. Banyak warga kulit hitam, terutama yang berusia lanjut, enggan menjalani vaksinasi Covid-19 karena ketidakapahaman mereka akan manfaat vaksin itu, kesulitan akses dan – sebagian – karena masih terkenang pada eksperimen Tuskegee yang mengerikan.

Eksperimen Tuskegee adalah eksperiman kontroversial yang konon didalangi pemerintah AS pada pertengahan abad ke-20, terkait penelitian sifilis dengan menggunakan pria kulit hitam sebagai kelinci percobaan. Eksperimen itu mempelajari efek sifilis yang tidak diobati pada populasi pria kulit hitam di Tuskegee, Alabama, selama enam hingga sembilan bulan, tetapi pada kenyataannya berlangsung selama 40 tahun dari 1932 hingga 1972.

Pendeta Wallace Charles Smith menggunakan khotbahnya di Gereja BaptisShiloh, Washington DC,untuk berbicara tentang kasih dan vaksinasi, dengan harapan dapat memberi inspirasi bagi jemaat kulit hitam untuk menjalani vaksinasi.

"Saya ingin memastikan kepada kita semua bahwa vaksinasi adalah hal yang tepat untuk dilakukan," ujarnya.

(Baca juga: Selain Emas, Kongo Kaya Akan Coltan Terbesar di Dunia)

Ia berbicara tentang vaksinasi COVID-19, yang juga baru didapatnya.

Pejabat kesehatan Washington DC berharap Smith dan para pemimpin agama kulit hitam lainnya dapat berperan sebagai pemberi pengaruh yang besar di komunitas untuk mengatasi apa yang mereka sebut sebagai keengganan untuk divaksinasi di kalangan warga kulit hitam.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement