Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tegasnya, jangan sampai justru mengarah pada hal-hal yang negatif, destruktif terutama mendorong perilaku yang kontraproduktif terhadap integrasi nasional, persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam konteks ini, upaya literasi digital dan optimalisasi patroli siber perlu dimaksimalkan.
Dia juga menekan pentingnya peran aktor-aktor lain. Di negara dengan mayoritas penduduk muslim, peran kiaai masih sangat vital. Pemahaman agama yang rahmatan lil alamin dengan spirit hablum minallah dan hablum minnas perlu dijunjung tinggi dan harus memahami betul makna yang dimaksud.
“Sikap menghargai perbedaan dan mencintai kebersamaan (ukhuwah) perlu terus dilestarikan apalagi di kalangan muda. Peran pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini menjadi garda terdepan untuk mencegah paham radikal intoleran dan terorisme tidak semakin berkembang,” ucapnya.
Farah juga mengingatkan seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, dimulai dari diri, keluarga sampai negara sebagai kerangka kewaspadaan nasional.
“Hal itu dapat ditunjang dengan aparat keamanan baik Polri/TNI yang memperkuat pengamanannya di seluruh wilayah dan jajaran. Sekali lagi, persoalan terorisme seperti ini adalah musuh bersama, sinergi menjadi kekuatan utama untuk melawannya,” pungkasnya.
(Qur'anul Hidayat)