Foto itu, pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Hindi lokal Dainik Jagran, telah beredar secara luas di India. Shravan Bharadwaj, reporter yang meliput kisah tersebut, berkata pada BBC bahwa lokasi Vineet meninggal berada di luar BHU dan ada beberapa rumah sakit sepanjang jalan itu.
"Namun tak ada satupun yang menawarkan bantuan," katanya.
Belum jelas apakah Vineet meninggal karena komplikasi Covid-19, atau bahkan terpapar virus corona sebab keluarganya berkata "dia tak memiliki gejala".
"Seandainya dia diperiksa, diberi oksigen, dan dirawat karena masalah ginjalnya, hidup Vineet bisa diselamatkan. Dia meninggal karena kelalaian. Kelalaian semacam ini bisa menyebabkan lebih banyak lagi kematian," kata pamannya.
Adegan serupa terjadi di seluruh India, dengan kerumunan orang menunggu di luar rumah sakit yang kewalahan dan deretan ambulans dengan pasien yang menunggu giliran untuk dirawat.
Banyak orang, seperti Vineet, meninggal di luar rumah sakit atau dalam perjalanan ke salah satu rumah sakit.
Media sosial dibanjiri dengan seruan oksigen, ambulans, tempat tidur ICU, dan obat-obatan penyelamat jiwa saat India memerangi gelombang kedua yang mematikan.
Rumah sakit BHU di Varanasi adalah fasilitas medis utama yang menjadi pusat kesehatan bagi hampir 25 juta orang yang tinggal di 40 distrik di bagian timur Uttar Pradesh.
Tetapi lonjakan kasus Covid telah membuat rumah sakit dan stafnya kewalahan.
Seorang pejabat rumah sakit mengatakan kepada BBC bahwa karena pandemi, mereka hanya melakukan konsultasi online.
Dr Sharad Mathur, pengawas medis rumah sakit, mengatakan mereka berusaha melakukan yang terbaik, tetapi "ada terlalu banyak tekanan".
"Ada kekurangan tenaga kerja yang akut, dan semua orang yang ada telah dikerahkan. Setiap hari, kami menyelamatkan banyak nyawa. Tetapi orang-orang hanya bergegas ke rumah sakit ketika pasien sangat kritis. Dan semua ini terjadi di tengah pandemi. .
"Semua pasien yang dirawat dalam keadaan darurat dan mereka mendatangi kami dalam kondisi kritis. Tapi kami tidak bisa menyelamatkan nyawa setiap pasien," katanya.
(Arief Setyadi )