Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Sawito, PNS Departemen Pertanian yang Ditangkap Era Soeharto dengan Tuduhan Makar

Solichan Arif , Jurnalis-Minggu, 30 Mei 2021 |09:03 WIB
 Cerita Sawito, PNS Departemen Pertanian yang Ditangkap Era Soeharto dengan Tuduhan Makar
Sawito Kartowibowo usai sidang/pakai jas dan berdasi (foto: Repro)
A
A
A

Dari hutan Ketonggo ritual Lelono Broto secara marathon berlanjut ke Simo, lereng Gunung Lawu, sekitar 12 Km sebelah Utara Magetan. Kemudian ke Karang Gupito yang berjarak beberapa kilometer dari Simo. Saat itu 23 Juli 1972. Pada Kamis Pahing 27 Juli 1972, rombongan Sawito tiba di Desa Ranu Darungan, dan menginap di pinggir danau.

Sawito bersemedi di lereng Gunung Semeru atau Mahameru, Jawa Timur. Tanggal 21 Desember 1972. Laku Lelono Broto rombongan Sawito berlanjut ke Situ Penjalu, yang berada di Ciamis, Jawa Barat. Mereka mengklaim telah berkomunikasi secara gaib dengan Prabu Cakradewa, cucu Jayabaya.

Jauh sebelum dituduh makar, Sawito menikah dengan Nuning Srinugrahaningsih, mahasiswi Fakultas Pedagogi UGM. Nuning putri RM Panji Trisirah. Proses lamaran yang berlangsung sempat mengejutkan Panji Trisirah. Sebab dari Blitar Sawito membawa keris pusaka Kiai Slamet.

Kiai Slamet merupakan pusaka milik Pakubuwono X yang sudah lama diyakini lenyap secara gaib. Keris itu ternyata disimpan secara turun temurun oleh keluarga Sawito. "Panji Trisirah langsung percaya bahwa memang Sawito adalah pemimpin yang ditunggu," tulis Seno Joko Suyono dalam kisah Kuil di Dasar Laut.

Tidak heran selama laku Lelono Broto, istri Sawito dan Panji Trisirah selalu ikut mengiringi. Panji Trisirah sendiri memiliki hubungan dekat dengan para guru spiritual Soeharto. Raden Panji Soedijat Prawirokoesoemo atau Romo Dijat asal Klaten. Romo Prapongso atau Romo Marto asal Yogyakarta. Kemudian Romo Budi.

Soal politik dan negara, Soeharto selalu berkonsultasi dengan Romo Dijat. Soal kemasyarakatan, ia menanti pendapat Romo Marto. Romo Budi didengar suaranya untuk urusan pribadi dan rumah tangga. Ketiga guru spiritual ini selalu berkoordinasi dengan Soedjono Hoemardani.

Yakni seorang tentara bekas asisten pribadi sekaligus sahabat Soeharto yang mendalami kabatinan. Sawito yang memburu Wahyu Cokroningrat dengan laku Lelono Brotonya dianggap tengah menyiapkan langkah "kudeta spiritual".

Seluruh laku Lelono Broto Sawito diungkap di depan persidangan. JPU Mapigau menuduh Sawito telah melakukan lima tindak pidana kejahatan. Yakni subversi, makar, mencoba menggantikan Kepala Negara RI secara tidak sah, pemalsuan surat dan pencemaran nama baik.

Sawito dituduh menyiapkan gerakan mulai tahun 1972 hingga 1976. Sementara permohonan Sawito dihadirkannya sejumlah saksi, mulai Presiden Soeharto, Jaksa Agung Ali Said, Adam Malik, Kepala Bakin Yoga Sugama, Letjen Ali Moertopo, Bung Hatta, SK Trimurti, JenPol Hoegeng Imam Santoso, Uskup Bogor Harsono, hingga Sigit Soeharto (putra Soeharto), ditolak majelis hakim.

Protesnya terhadap tata cara sidang yang langsung memeriksa terdakwa tanpa lebih dulu memeriksa para saksi, juga tidak digubris. Bung Hatta sendiri telah berkirim surat ke Presiden Soeharto, mengklarifikasi terkait nama dan tanda tangannnya yang muncul dalam petisi Sawito. Mengenai pemerintahan maupun ketatanegaraan Hatta menegaskan selalu menginginkan cara demokratis dan konsitusional.

Posisi Sawito yang dibela pendekar hukum Yap Thiam Hien bersama empat kuasa hukum lain secara probono (gratis), terjepit. Melalui media massa sejumlah politisi dari Partai Golkar, PPP dan PDI juga menyudutkannya. Tanggal 18 Juli 1978. Dalam persidangan yang ke- 28 atau terakhir, majelis hakim menjatuhkan vonis 8 tahun penjara dipotong masa tahanan.

Sawito Kartowibowo juga diwajibkan membayar ongkos perkara. Laki laki asal Blitar itu langsung menyatakan naik banding. Ia menolak putusan majelis hakim. Dalam buku "Sawito, ratu adil, guruji, tertuduh", Sumi Narto menuliskan, "Tatkala sidang ditutup dan dinyatakan telah selesai, pengunjung banyak yang menyalami Sawito. Mereka berebutan dan disambut oleh Sawito dengan tertawa-tawa".

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement