Saat digerebek, pengajar Orhiba (Olah Raga Hidup Baru), yakni kegiatan yang melanda kehidupan masyarakat saat itu, sedang tidur. Orhiba sejenis senam sehat macam taichi. Anggotanya ada sejumlah bekas pejabat. Termasuk Kapolri pertama Indonesia Soekanto Tjokrodiatmodjo dan Mr Sudjono, bekas diplomat Indonesia era Soekarno.
Sebelum mengeksekusi petugas memperlihatkan selembar surat penangkapan. Namun Sawito seolah masih tidak percaya. "Lho kok saya ditangkap to mas?," tanya Sawito seperti tertulis dalam buku "Sawito, ratu adil, guruji, tertuduh".
Sejak tahun 1967 Sawito dinonaktifkan dari Departemen Pertanian. Sejak itu ia aktif di Orhiba, namun lebih menggemari bidang kebatinan. Mendalami kebatinan, termasuk mengejar wahyu dan wangsit menjadi bagian penting dari gerakan spiritual yang sedang ia rancang.
Sawito menempuh laku Lelono Broto. Berkelana sambil bertapa. Membersihkan rohani. Menguatkan rohani. Berburu "Wahyu Cokroningrat". Wahyu dari sang maha kuasa yang diyakini diberikan kepada pemimpin tanah Jawa berikutnya. Seluruh tempat keramat, petilasan, pepundan di Jawa yang pernah didatangi Soeharto dan diyakini memberi kekuatan, Sawito datangi.
Baca juga; Ini Penyebab Soeharto Tidak Menjadi Target Pembunuhan saat G30S/PKI
Gunung Tidar Magelang. Gunung yang diyakini sebagai tempat Syech Subakir, yakni seorang waliyullah atau Wali Songo angkatan pertama (Sebelum Wali Songo era Sunan Ampel Cs), menanam tumbal tanah Jawa. Sawito juga naik ke puncak Candi Borobudur, bersemedi di Mancingan. Tempat yang berada di sebelah Selatan Kali Opak, namun masih di sisi utara Parangtritis Yogyakarta.
Panembahan Senopati sebelum mendirikan Kerajaan Mataram di Alas Metaok, konon pernah bersemedi di Mancingan. Lelono Broto Sawito yang diiringi pengikutnya berlanjut ke Masjid Demak. Sawito bersembahyang di pengimaman yang diyakini tempat jasad Syech Siti Jenar dimakamkan. Perjalanan spiritualnya ia lanjutkan ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.