Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Wanita yang Berjalan Kaki Keliling Dunia Sendirian, Tinggalkan Hidup yang Sudah Mapan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 05 Juni 2021 |12:19 WIB
Kisah Wanita yang Berjalan Kaki Keliling Dunia Sendirian, Tinggalkan Hidup yang Sudah Mapan
Angela Maxwell berjalan kaki sendirian keliling dunia (Foto: Angela Maxwell)
A
A
A

"Tetap saja, saya memulai perjalanan ini karena bukan karena saya takut terhadap apapun. Saya lebih takut tidak mengikuti kata hati saya daripada kehilangan semua yang saya miliki dan cintai," ucapnya.

Mengatasi trauma serangan seksual ternyata menjadi momen yang menentukan, di mana Maxwell akhirnya memutuskan untuk terus berjalan.

Walau masih takut, kisah-kisah kegigihan dan kekuatan perempuan lain mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan.

"Saya bertekad untuk tidak membiarkan kejadian itu memaksa saya untuk melepaskan impian ini dan pulang,” ungkapnya.

"Saya telah meninggalkan dunia saya dan tidak punya tanggungan apapun lagi. Saya memahami risiko dalam perjalanan saya,” terangnya.

Maxwell melakukan ini untuk menemukan seberapa kuat pikiran dan tubuhnya, bahkan saat menghadapi kekerasan.

Sepanjang jalan, langkahnya yang lambat memungkinkannya untuk mempelajari budaya lain, secara singkat tapi mendalam.

Dia menjelajahi desa-desa kecil di tepi pantai di sepanjang Laut Tyrrhenian Italia, menyerap suasana yang semarak dan menerima undangan untuk berbincang, duduk, dan minum anggur.

Di Vietnam, saat lelah usai mencapai puncak Hai Van Pass, dia disambut perempuan tua yang mengundangnya untuk beristirahat di gubuk kayu kecilnya di puncak untuk bermalam.

Satu persahabatan berkembang di perbatasan antara Mongolia dan Rusia. Mereka kembali bertemu bertahun-tahun setelahnya di Swiss.

Maxwell bahkan menjadi ibu baptis bagi putri seorang perempuan yang ditemuinya di Italia.

Apakah pertemuan antarbudaya ini berlangsung selama tujuh menit atau tujuh hari, Maxwell selalu mengingat dua hal.

Pertama, menjadi pendengar yang baik untuk belajar. "Perjalanan ini telah mengajari saya bahwa segala sesuatu dan setiap orang memiliki cerita untuk dibagikan, kita hanya harus mau mendengarkan," ucapnya.

Sepanjang perjalanannya, ia memelajari resep keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi di sebuah desa Italia, peternakan lebah di Republik Georgia dan penanganan unta di Mongolia di Jalur Sutra yang bersejarah.

Kedua, Maxwell belajar pentingnya kontribusi. Dia memotong kayu di Selandia Baru dan berbagi makanan kepada para tunawisma di Italia.

Di kawasan Sardinia, dia membantu seorang petani Italia merenovasi rumahnya.

Namun, cerita Maxwell biasanya adalah kontribusi terbesarnya. Dia berbicara di pertemuan informal, sekolah dan universitas, dan bahkan di panggung TEDx di Edinburgh. Dia berbagi pengalaman untuk menginspirasi orang lain.

Maxwell menyuarakan pemberdayaan perempuan, terutama setelah dia memutuskan untuk terus berjalan meskipun ada serangan di Mongolia.

"Berhenti tidak pernah menjadi pilihan saya," katanya.

Sepanjang ziarahnya, Maxwell mengumpulkan sumbangan untuk LSM seperti World Pulse dan Her Future Coalition yang fokus mendukung anak perempuan dan perempuan muda.

Total, dia mengumpulkan sekitar USD30.000 atau sekitar Rp429 juta.

Bagi dia, menyelami rasa ingin tahu dan pikiran yang terbuka adalah cara yang ampuh untuk "lebih mendalami dunia dan penghuninya".

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement