DI wilayah Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki petilasan prajurit Mataram, yakni petilasan makam Kemangi.
Di lokasi yang sekarang menjadi kuburan ini, dulu memiliki nilai sejarah yang berhubungan dengan serangan Sultan Agung, raja Mataram Islam ke Batavia.
“Dulu, tempat itu untuk berkumpul. Mereka rapat untuk mengatur strategi penyerangan ke Batavia,” kata Juru kunci Makam Kemangi, Kiai Saturi, ketika ditemui.
Ketika Sultan Agung memutuskan perang terhadap Belanda di Batavia, semua adipati, tumenggung, dan para pembesar kerajaan dipanggil pada suatu pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung oleh Sultan.
Setelah rapat serta mendapat saran-saran dari para adipati,dan pun pembesar kerajaan, keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap Belanda di Batavia.
Pimpinan perang diputuskan yaitu Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal, dan Adipati Pesisir Laut Jawa
Persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten, tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai.
Tempat pertemuan harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih di tengah hutan atau persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang.
"Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama pohon kemangi," ucapnya.
Pohon itu terletak di tengah-tengah persawahan dan pemakaman (sekarang), masuk wilayah Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung. Tempat dijadikan sebuah pemakaman yang keramat.
Peristiwa misterius pernah terjadi di petilasan kemuning ini. Seperti cerita seorang warga desa lain. Dia penasaran dan akan membuktikan jika makam Kemangi itu wingit.
Bersama dengan istrinya, mereka mencari makam Kemangi itu. Walau belum mengetahui lokasinya.
Dia tidak menyerah bertanya ke sana ke mari. Orang-orang yang ditanya menjawab dengan kaget. Mereka juga tidak berani menunjuk memakai tangan, hanya menjawab dengan omongan.
Baca Juga : Mengintip Ritual Seks 7 Malam dan Kabut Hitam di Gunung Kemukus
Dia lalu mengikuti jalan yang ditunjukkan tadi. Kira-kira 100 meter, dia sampai di jalan yang dituju di makam. Di belakangnya ada anak kecil tiga orang yang lagi bermain di pinggir sawah. Tiga bocah itu lalu mendekati dan bertanya pada dirinya. “Bapak dan Ibu akan pergi di kuburan kemangi?”
Dia menjawab, “Ya”.