Pada umumnya mereka hidup secara nomaden dan mencari nafkah dengan berburu dan mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Walau tak sedikit juga saat ini yang menetap di suatu tempat dan berbaur dengan warga sekitar. Banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya. Banyak juga warga SAD di daerah Musi dan Rawas menerima modernisasi termasuk penggunaan kendaraan bermotor.
Tokoh masyarakat setempat, Pendi, menyambut baik pendirian balai. "Kami ingin anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak. Maka itu saung ini sangat penting agar mereka punya tempat belajar. Terima kasih juga kepada Pemkab Muba, PT MBJ, dan pemerintah desa,” katanya.
“Jangan sampai anak-anak seperti kami orangtuanya yang buta huruf," tambahnya.
"Saung belajar ini tentu sangat membantu mereka memperoleh pendidikan, ibaratnya pengganti gedung sekolah. Maka itu seluruh SAD yang ada bisa membaur terhadap masyarakat saat mendapatkan pendidikan," timpal Firman.
Menerima modernisasi
Dalam jangka panjang, diharapkan dari saung ini jumlah masyarakat SAD terdidik akan meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir jumlah masyarakat SAD yang mengecap pendidikan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi naik cukup pesat. Ini tak terlepas dari pengaruh modernisasi yang merambah pemukiman mereka.
Masyarakat SAD di Bayung Lencir pada umumnya sudah beradaptasi dengan masyarakat umum, seperti berpakaian, menetap di rumah. Mereka juga memiliki televisi, radio bahkan parabola.
Baca Juga : Sidik Jari Suku Anak Dalam Berbeda, Proses Perekaman E-KTP Sempat Terhambat
SAD atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Jumlah populasi mereka saat ini diperkirakan mencapai 200.000 orang.
(Erha Aprili Ramadhoni)