Selama ini ia dan rekan-rekannya juga menyebut tak mengharapkan merawat para pasien Covid-19. Sebab Covid-19 adalah penyakit yang sangat menular, namun karena konsekuensi pekerjaan membuatnya dan rekan-rekan tenaga kesehatan lainnya, mau tak mau harus berjibaku dalam waktu satu tahun lebih terakhir ini.
"Kita enggak bisa nolak, karena mau nggak mau tenaga medis kalau kayak harus terdepan. Sudah resikonya tenaga medis, kalau memang terpapar, terpapar pertama kali, meninggal itu resiko. Ibarat kayak tentara yang ditugaskan di medan perang, bisa saja dia meninggal, itu sebuah resiko dari konsekuensi pekerjaan," tuturnya.
Ia pun menepis bila tenaga kesehatan diuntungkan dengan adanya insentif pencairan dana Covid-19 yang diberikan negara ke rumah sakit dan tenaga kesehatan. Dijelaskannya, tak semua tenaga kesehatan menerima insentif tersebut, hanya mereka yang berkontak erat dan merawat pasien Covid-19 sajalah yang dicover insentif tersebut.
"Diberikan pemerintah itu untuk apresiasi, istilahnya bayar resiko orang yang nggak merawat pasien covid ya nggak dapat, meskipun nakes apapun itu, kalau nggak kontak langsung dengan pasien covid. Jadi itu sudah disosialisasikan berapa kali menangani pasien, merawat berapa hari, berapa bulan, saya dapat segini kalau kurang dari ini pasti ada (kecurangan), ternyata sesuai dengan apa yang kita menangani sesuai memang bersihlah," ujarnya.
Justru ia mengakui bila ada beberapa kali insentif ini terlambat cair dan lama turunnya. Namun hal ini dimakluminya karena terkadang proses pencairan tersebut memerlukan alur. Terpenting insentif itu memang diterima langsung oleh tenaga kesehatan di rekening masing-masing, tanpa melalui instansi tempatnya kerja.
"Kadang cepat kadang lambat biasalah, tetap cair tapi, tidak ada potongan. Cairnya juga langsung ke rekening nakes-nya. Namun itu kan bagian dari membayar sebuah resiko tadi," tuturnya.
Di tengah peningkatan kasus pasien Covid-19, pihaknya berpesan kepada masyarakat yang masih tak percaya Covid-19 agar tak menyebarkan dan memprovokasi lainnya, untuk mengikuti pendapatnya.
"Yang nggak percaya silakan, tapi jangan ngajak-ngajak orang lain mempercayai apa yang dia yakini. Disebarkan ke orang, untuk tidak percaya dengan covid, kalau misalkan tidak percaya silakan pendam sendiri, lakukan dengan apa yang sesuai dengan keinginannya, kita tidak memaksa, patuhi protokol kesehatan," kata dia.