Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

486 Orang Meninggal Mendadak Akibat Gelombang Panas, Ini yang Harus Dilakukan untuk Mencegahnya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Jum'at, 02 Juli 2021 |06:16 WIB
 486 Orang Meninggal Mendadak Akibat Gelombang Panas, Ini yang Harus Dilakukan untuk Mencegahnya
Orang-orang berendam untuk menyejukkan tubuh di tengah gelombang panas (Foto: Reuters)
A
A
A

KANADA - Ratusan orang meninggal dunia secara mendadak, banyak di antaranya diduga karena gelombang panas, dilaporkan selama periode cuaca terpanas baru-baru ini di Kanada.

Selama lima hari terakhir, sebanyak 486 orang meninggal dunia di Provinsi British Columbia, mencatatkan 195% kenaikan dari angka kematian rata-rata biasanya.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan turut berduka kepada keluarga para korban, yang kebanyakan merupakan kalangan lanjut usia (lansia).

Suhu di Kanada memecahkan rekor baru.

Di sebuah daerah, gelombang panas tercatat hampir menembus 50 derajat Celcius.

(Baca juga: Ratusan Orang Meninggal Mendadak Akibat Gelombang Panas di Kanada)

Kepolisian di wilayah Vancouver telah dipanggil untuk menangani lebih dari 130 orang yang meninggal dunia secara mendadak sejak Jumat (25/06).

Sebagian besar dari mereka adalah kaum lansia atau orang-orang dengan riwayat penyakit bawaan yang menderita saat gelombang panas melanda.

Rekor suhu panas di Kanada dipecahkan selama tiga hari beruntun.

Yang terkini adalah pada Selasa (29/06), ketika temperatur mencapai 49,6 derajat Celcius di Lytton, Provinsi British Columbia.

Para pakar mengatakan perubahan iklim diperkirakan meningkatkan jumlah kejadian cuaca ekstrem, semisal gelombang panas.

(Baca juga: Jepang Beri Bantuan 1 Juta Vaksin AstraZeneca ke RI)

Akan tetapi menghubungkan satu kejadian dengan pemanasan global cukup pelik.

Gubernur Provinsi British Columbia, John Horgan, menilai pekan terpanas di kawasan itu telah menimbulkan "konsekuensi malapetaka bagi banyak keluarga dan komunitas".

Jumlah korban akibat cuaca panas di bisa meningkat lantaran sejumlah daerah belum menghimpun data.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement