Namun apa yang membuat para pemimpin perempuan menjadi pengambil keputusan yang lebih baik dari laki-laki?
Para peneliti memperhitungkan berbagai kemungkinan faktor, seperti usia dan pendidikan, namun tidak menemukan korelasi.
Mereka juga mendapati bahwa hasilnya tidak terkait dengan kebijakan apapun yang diambil sebelum pandemi yang dapat mengubah kesehatan suatu kota, seperti meningkatkan jumlah tempat tidur di rumah sakit atau berinvestasi dalam kesehatan publik.
Hal yang menarik, pemimpin perempuan mengadopsi langkah pembatasan yang ketat bahkan di kotamadya tempat presiden ekstrem-kanan Brasil, Jair Bolsonaro, menerima suara terbanyak.
Bolsonaro telah dengan keras menentang penggunaan masker dan segala jenis pembatasan, sampai ia sendiri melanggar aturan penjarakan sosial.
"Kenyataannya, ketika Anda melihat data tentang partai dan afiliasi politik, walikota perempuan bahkan cenderung jauh lebih konservatif dibandingkan sejawat pria mereka," kata salah satu peneliti, Raphael Bruce, dari Insper Institute.
Gagete-Miranda, peneliti kebijakan publik di Università' degli Studi di Milano Bicocca di Italia, (yang tidak terlibat dalam penelitian ini), mengatakan penjelasannya barangkali ada pada karakteristik yang kerap dikaitkan dengan perempuan: keengganan mengambil risiko.
"Ada penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan, secara umum, lebih mematuhi langkah-langkah non-farmasi untuk melawan Covid-19, seperti penjarakan sosial dan penggunaan masker," terangnya kepada BBC.
"Jika perempuan secara umum melakukan ini, para walikota perempuan juga pasti melakukannya, dan kelompok kedua memiliki kekuatan politik untuk menuntut populasinya agar mengikutinya," tambahnya.