Dasima kini berada dalam rumahnya. Samiun memanggil penghulu agama dan pernikahan dilangsungkan. Dasima membawa harta sebesar 6000 Gulden, jumlah yang sangat banyak dibanding gaji seorang wedana di Batavia tak lebih dari 50 Gulden.
Awalnya Samiun menyayangi Nyai Dasima, demikian juga dengan Mak Soleha, ibu kandungnya serta Hayati istri pertamanya. Namun semakin lama rasa sayang itu pudar karena harta yang dibawa Dasima mulai susut, akhirnya ludes.
Kini, Dasima justru menjadi beban mereka. Sebenarnya masih ada hartanya, tetapi di Pejambon, tapi itu tak mungkin diambil. Menyadari perilaku Hayati, Mak Soleha dan Samiun yang berubah total, Dasima sadar dirinya hanya diperas. Ia tak tahan lagi dan minta cerai.
Samiun setuju menceraikan dengan syarat harta Dasima yang ada di Pejambon pemberian tuan Edward harus diserahkan pada Samiun. Hayati mendesak agar Samiun bisa memperoleh harta Nyai Dasima. Dengan berbagai upaya Samiun mencoba melunakkan hati Dasima.
Dasima bingung, ia tidak mungkin kembali ke Pejambon menemui tuan Edward, mungkin malah bisa dimasukkan bui. Melihat sikap Dasima yang tidak jelas membuat Samiun frustasi lalu membunuh Dasima di kali Ciliwung. (din)
(Rani Hardjanti)